Prof. Herman Hanko
Janganlah kamu menggoresi tubuhmu karena orang mati dan janganlah merajah tanda-tanda pada kulitmu; Akulah TUHAN (Im. 19:28). Janganlah mereka menggundul sebagian kepalanya, dan janganlah mereka mencukur tepi janggutnya, dan janganlah mereka menggoresi kulit tubuhnya (im. 21:5).
Pertanyaan yang menyertai ayat-ayat yang terbaca tadi adalah: “Baru-baru ini, saya ditanya apakah baik bagi kaum percaya untuk mentato diri mereka. Saya diberi tahu oleh beberapa orang bahwa tidak terdapat dalam Kitab Suci mengenai hal ini. Bagaimana ayat-ayat di kitab Imamat [di atas]? Lalu, tubuh orang percaya adalah bait Roh Kudus dan kita sebagai kaum percaya tentunya adalah kaum imam: keimamatan rajawi dan umat yang terpilih (1Pet. 2:5-9). Apakah saya benar dalam hal ini, atau adakah jawaban yang lebih baik?” Dalam penilaian saya, penanya benar mutlak dalam hal ini. Seluruh pokok persoalan ini begitu penting sehingga hal itu layak mendapatkan penjelasan lebih lanjut.
Pokok pertama yang perlu ditekankan adalah bahwa banyak dalam Taurat diberikan pada Israel yang melarang orang Israel untuk mengadopsi adat istiadat dari bangsa-bangsa kafir yang sebelumnya tinggal di tanah Kanaan, dan beberapa yang melanjutkan hidup hubungan kedekatan pada umat pilihan Allah (Hak. 2:1-5; 3:1-2). Secara diulang-ulang, dalam hukum Allah yang memperingatkan orang Israel melawan penggunaan praktik yang umum di antara bangsa-bangsa kafir. Kebanyakan dari praktik ini dilarang untuk dilakukan oleh orang Israel, dihubungkan secara erat dengan dan dihubungkan pada agama-agama kafir. Bukti dari ayat ini sendiri melarang penorehan tubuh ”bagi orang yang mati” (Ima. 19:28). Hal ini juga terbukti pada zaman kemurtadan Israel di mana praktik-praktik ini dipraktikan secara memalukan oleh bangsa Israel (1Raj. 18:28).
Bangsa Israel adalah umat pilihan Allah, gereja dari Dispensasi Lama, bangsa yang menerima penyataan Allah akan kebenaran dan kovenan-Nya, dan umat dari mana Kristus dilahirkan menurut daging (Rm. 9:4-5). Karena mereka adalah umat Allah, mereka diperintahkan untuk hidup secara rohani terpisah dari bangsa yang jahat di sekeliling mereka.Merka tinggal sendiri, secara rohani dari orang yang jahat (33:26-29). Merka dipanggil untuk melayani Allah yang hidup bukan berhala. Dan mereka dipanggil untuk melayani Allah mereka dalam seluruh hidup dan segala yang mereka perbuat—berbeda dari orang kafir yang berhala mereka melingkupi setiap bagian dari hidup mereka yang jahat.
Hal ini disebut doktrin antitesis, dan hal ini digariskan di Perjanjian Baru bagi gereja Perjanjian Baru: ”Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: “Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku … Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah.” (2Kor. 6:14-16; 7:1).
Saya menduga, hal itu dapat diargumenkan karena hukum Perjanjian Lama (PL) dipenuhi di dalam Kristus, dan bahwa Imamat 19:28 digenapi. Tetapi apakah argumen ini valid? Karena kita tentunya tidak pernah akan menolak bahwa Kristus telah menggenapi hukum bagi gereja-Nya, hal itu tetap suatu fakta bahwa pertanyaan yang relevan dari hukum PL bergantung pada alasan mengapa hal itu diberikan. Jelaslah bahwa hal itu diberikan untuk membedakan umat Allah dari dunia. Alasan ini tetap relevan hari ini, dan pada titik ini di mana hukum dibuat—untuk hidup secara rohani terpisah dari dunia—tetap relevan. Pada penilaian saya, hal ini tidak dapat diargumenkan bahwa tato dan penindikan pada tubuh (body piercing) dapat digunakan untuk memuliakan Allah dalam panggilan kita untuk hidup menghidupi pelayanan kepada Yesus Kristus. Mengapa? Motif tato dan tindik tubuh sangatlah jelas: untuk imitasi gaya kini dan adat istiadat dari dunia yang jahat di mana kita hidup.
Terdapat dua gerakan dalam negara-negara Kristen barat kini yang saling bertautan. Pada satu pihak, usaha-usaha dibuat untuk menghapuskan semua rujukan pada Kekristenan dari hidup nasional; di pihak lain, mereka ingin kembali pada paganisme. C. S. Lewis bahkan berargumen bahwa gerakan feminis sepenuhnya dan khususnya mengacu pada Allah dengan ”she (kata ganti orang ketiga ’dia’) yang merupakan kembalinya gagasan pagan keilahian yang bersifat kewanitaan. Ketika orang mentato diri mereka sendiri dan menindih tubuh mereka, mereka berbalik pada praktik pagan—meskipun agama-agama pagan bertambah menjadi populer. Negara-negara ”Kristen” menjadi pagan sekali lagi. Pentatoan dan penindikan badan merupakan sikap tubuh yang melawan Allah yang sejati dan bersifat tanda dari kembalinya paganisme.
Sebagai kaum Kristen, tubuh kita adalah bait Roh Kudus (1Kor. 6:19-20). Hal ini memberikan dukungan Alkitabiah lebih lanjut pada perlawanan Kristen untuk mentato dan menindik tubuh. Argumen itu adalah di sini. Karena tubuh kita adalah bait Roh Kudus, tubuh kita juga milik Kristus. Allah menyelamatkan tubuh kita dan juga jiwa kita. Dalam pertanyaan dan jawaban 1 dari Katekismus Heidelberg, orang percaya mengaku bahwa ”baik tubuh dan jiwa” adalah milih Juruselamatnya yang setia. Kristus mati untuk menyelamatkan tubuh kita. Dia akan menyelamatkan mereka dalam kebangkitan tubuh secara penuh dan sempurna pada hari kedatangan-Nya.
Kita mengasihi tubuh kita, bukanlah memuja tubuh tersebut secara narsis, melainkan sebagai orang-orang yang tubuh dan jiwanya ditebus. Kita mengasihi tubuh kita demi Allh, karena tubuh kita dikasihi Allah, ditebus di atas kayu salib, dan ditentukan untuk dibangkitkan. Karena hal ini, kita memelihara tubuh kita dengan hormat dan begitu teliti bagaimana kita memperlakukan tubuh ini. Orang percaya menghormati tubuh manusia sebagai ciptaan Allah, diselamatkan dalam darah Kristus. Dia merawat tubuh; tidaklah perlu membahayakannya; memperlakukan tubuhnya dengan hormat; dan, saat ajal tiba, dengan hati-hati menguburkan tubuh tersebut ke dalam tanah dengan harapan kebangkitan kembali. Penindikan tubuh dan penatoan sesungguhnya adalah kecongkakan terhadap Allah yang memperlakukan tubuh kita seenaknya dan dengan menolak mengakui bahwa tubuh mereka adalah milik Allah.
Untuk bahan-bahan lain dalam bahasa Indonesia, klik di sini.