Menu Close

Kovenan dan Ide tentang Perkembangan Doktrin / The Covenant and the Idea of Doctrinal Development

Rev. Angus Stewart

(Sedikit dimodifikasi dari artikel yang pertama kali diterbitkan dalam British Reformed Journal)

Kovenan sungguh merupakan subjek yang teramat penting! Antara lain karena kovenan memberi kita banyak cakupan. Kita bisa mempertimbangkan kovenan sebagai dasar bagi penghiburan kita dalam kehidupan Kristen. Kita bisa mendekati subjek ini dengan cara yang lebih polemis dan berinteraksi dengan beragam pandangan tentang kovenan, untuk sampai kepada pemahaman yang lebih jelas mengenai kebenaran ini. Kita bisa menelusuri penyingkapan kovenan Allah melalui Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Atau kita bisa mengaitkan kovenan dengan banyak subjek-subjek kunci lainnya yang ada dalam Alkitab seperti Trinitas Kudus, ketekunan orang kudus (bdk. Pengakuan Iman Westminster 17:2), pendidikan Kristen, dll. “Dan itulah [jika bukan semua] yang akan kita perbuat, jika Allah mengizinkannya” (Ibr. 6:3).

Akan tetapi, di sini kita akan menelaah perkembangan doktrin kovenan dalam gereja Kristen. Dengan kata lain, kita akan mempertimbangkan bagaimana pemahaman gereja tentang kovenan telah bertumbuh dan menjadi matang dalam era Perjanjian Baru setelah kematian para rasul.

Hal ini mempresuposiiskan tiga hal: Presuposisi 1: doktrin kovenan ini penting. Karena apa perlunya repot-repot menelusuri perkembangan sebuah subjek melintas waktu berabad-abad jika subjek itu sifatnya periferal bagi pesan Alkitab atau tidak terlalu bernilai secara theologis dan praktis? Menurut Heinrich Heppe, bagi theologi Reformed, “Doktrin kovenan Allah dengan manusia adalah … jantung dan jiwa terdalam dari keseluruhan kebenaran yang dinyatakan.”1 Untuk mendukung tesisnya, Heppe mengutip dari John Henry Heidegger dari Zurich (m. 1698):

Dengan demikian sumsum dan bisa dikatakan inti dari keseluruhan Kitab Suci adalah … kovenan dan perjanjian (testament) Allah, yang kepadanya segala sesuatu yang terkandung dalam Kitab Suci itu harus diarahkan sebagai sasaran tunggalnya dan yang paling menyerupai sasaran baginya. Jelas bahwa tidak ada hal lain apa pun yang diturunkan kepada orang-orang kudus sepanjang masa melalui segenap Kitab Suci, selain apa yang terdapat dalam kovenan dan perjanjian Allah dan pasal-pasalnya, sekalipun memang poin-poin individunya telah dijabarkan secara lebih luas dan jelas dalam aliran dan suksesi waktu.2

Dengan berkata demikian, ini berarti theologi Reformed secara akurat merepresentasikan Firman Allah. Alkitab kita terdiri dari dua bagian: Perjanjian Lama dan Baru (di mana perjanjian ini setara dengan kovenan). Surat kepada Orang Yahudi mempresentasikan bahwa penyataan Allah berotasi pada poros kovenan lama/kovenan baru (bdk. Ibr. 8:7–13 yang mengutip Yer. 31:21–34). Kitab Suci mempresentasikan kovenan tunggal Allah dengan manusia melalui suksesi kepala-kepala kovenan: Adam, Nuh, Abraham, Musa, Daud, Kristus. Janji induk di Kejadian 3:15 digenapi dalam perealisasian yang sempurna atas kovenan itu ketika Kemah Allah berada di tengah-tengah manusia (Why. 21:3).

Presuposisi 2: pemahaman gereja akan doktrin kovenan telah berkembang. Sementara penyataan objektif Allah tentang kovenan sudah selesai dan lengkap bersama dengan pengilhaman Kitab Wahyu, pemahaman subjektif gereja akan kovenan bukan hanya menerima kemungkinan terjadinya pertumbuhan, tetapi memang secara aktual telah berkembang melintasi waktu berabad-abad ini. Ini adalah karya Roh kebenaran, yang membimbing gereja ke dalam segenap kebenaran dengan mengambil perihal-perihal dari Yesus Kristus dan menyatakannya kepada hati dan pikiran kita (bdk. Yoh. 16:13–15).

Di sini saya harus memberikan tiga klarifikasi mengenai perkembangan pemahaman gereja akan kebenaran doktrin kovenan.

Pertama, saya tidak mengatakan bahwa pemahaman gereja akan kovenan selalu mengalami kemajuan di setiap zaman sehingga pengetahuan gereja tentang kovenan pasti lebih besar, katakanlah di abad ke-19 daripada abad ke18, yang pada gilirannya pengetahuan abad ke-18 lebih besar daripada abad ke-17. Sebaliknya, saya berbicara tentang perkembangan kovenan secara umum dan dalam jangka panjang. Karena, seperti yang akan kita lihat, terjadi pula kemunduran-kemunduran dalam perkembangan doktrin kovenan.

Kedua, saya juga tidak memaksudkan bahwa semua anggota gereja pada satu masa mencapai tingkat pemahaman yang sama tentang kovenan. Jelas pemahaman subjektif atas doktrin ini bervariasi (seperti halnya menyangkut semua doktrin) antara satu orang percaya dan orang percaya yang lain, karena anggota-anggota tubuh Kristus memiliki karunia-karunia yang berbeda (1Kor. 12:4–12) dan tidak semuanya memiliki kesempatan yang sama untuk mempelajari tentang kovenan Allah.

Ketiga, saya juga tidak memaksudkan bahwa ada satu masa di mana semua orang Kristen yang hidup pada saat itu berpegang pada pandangan yang sama tentang kovenan. Tidak perlu jauh-jauh, cukup pada masa kita sendiri, kita bisa segera melihat bahwa ada beragam opini. Misalnya, kaum dispensasionalis yang premilenial dan baptistik memiliki pemahaman tentang kovenan yang sangat berbeda dibandingkan dengan pemahaman gereja-gereja Prebiterian dan Reformed yang ortodoks. Selain itu, dalam komunitas Presbiterian dan Reformed pun terdapat pandangan-pandangan yang berbeda. Maka ketika saya berbicara tentang perkembangan (positif) dari doktrin kovenan, saya memaksudkan gereja dalam bagian-bagiannya yang paling ketat dalam doktrin dan paling ortodoks, karena pandangan-pandangan dari bagian gereja ini dinyatakan dalam kredo-kredonya dan tulisan-tulisan para theolognya yang terbesar.

Presuposisi 3: kovenan memiliki sebuah makna yang spesifik. Perkembangan secara niscaya berbicara tentang gerak dari yang lebih rendah kepada yang lebih tinggi dan pertumbuhan dari yang kurang dewasa menjadi lebih dewasa. Ini pada gilirannya melibatkan proses-proses koreksi dan perumusan ulang selain penambahan dan perluasan. Sejumlah unsur dalam tradisi gereja memang positif dan bermanfaat; yang lain keliru dan menyesatkan. Unsur-unsur yang keliru dan menyesatkan membawa gereja ke jalur yang salah sehingga membuat gereja harus mengambil jalan mundur. Semua penentuan tentang perkembangan-perkembangan yang benar dan salah ini menuntut pernilaian atas nilai oleh saya.

Alih-alih melakukan kritik terhadap pandangan-pandangan lain atau memberikan pembelaan yang panjang lebar bagi posisi saya, sudah cukup bagi tujuan dari seri artikel ini untuk mempresentasikan alur-alur pembenaran utama bagi posisi yang dipresuposisikan di sini. Posisi tersebut adalah bahwa kovenan adalah ikatan persahabatan antara Allah Tritunggal dan umat pilihan-Nya dalam Yesus Kristus.

Bahwa demikianlah kasusnya ditunjukkan, pertama, dalam apa yang secara tepat disebut sebagai “rumusan kovenan”: yaitu Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku. Rumusan ini muncul dalam beragam bentuk dalam kaitannya dengan kovenan, khususnya dalam momen-momen kunci.3 Inilah kovenan: Allah adalah Allah kita dan kita adalah umat-Nya. Ini adalah persekutuan dengan Yehovah melalui Anak-Nya, yang di dalamnya kita mengalami kebaikan-Nya dan menikmati keterberkatan yang sejati.

Kedua, secara umum disetujui bahwa janji dalam Kejadian 3:15 adalah sebuah janji kovenan.4 Selain itu, ini adalah janji-kovenan yang pertama dan dengan demikian kesaksian apa yang diberikannya mengenai natur kovenan semakin penting. Menurut Kejadian 3:15, Allah membuat permusuhan antara keturunan perempuan (Kristus dan gereja dalam Dia) dan keturunan ular (Iblis dan kaum reprobat). Tetapi apakah artinya bermusuhan dengan Iblis jika bukan mengenal persahabatan (lawan dari permusuhan) dengan Allah? Maka, kita menyimpulkan bahwa janji-kovenan yang pertama mempresentasikan kovenan sebagai persahabatan dengan Allah.

Alur ketiga dalam argumen bahwa kovenan adalah persekutuan dengan Allah ditemukan dalam simbol-simbol dan kiasan-kiasan yang Firman Allah gunakan untuk memberikan bayang-bayang dari realitas yang terberkati itu. Pertama, hubungan Allah dengan Israel sebagai umat kovenan adalah hubungan Bapa dan anak-Nya (Kel. 4:22–23; Yer. 31:9). Ada ikatan keluarga yang kuat antara Yehovah dan keturunan-Nya. Sebuah hubungan yang di dalamnya Allah mengasihi, memelihara, dan membela anak-Nya, yang pada gilirannya memercayai dan bersuka dalam Bapanya. Kedua, Allah adalah suami yang setia dari mempelai-Nya, yaitu gereja (Yeh. 16; Hos. 2). Ini berbicara tentang keintiman dalam persekutuan kovenan. Ketiga, hubungan kovenan Allah dengan umat-Nya termanifestasi dalam tabernakel (kemah suci) dan bait Allah, di mana Allah berdiam di tengah-tengah umat-Nya. Ini menjadi bayang-bayang dari realitas kovenan dari inkarnasi Anak Allah ketika “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam [harfiah: bertabernakel] di antara kita” (Yoh. 1:14).

Dengan janji-kovenan yang pertama, rumusan kovenan, dan simbol-simbol kovenan bersama-sama mengindikasikan bahwa kovenan adalah ikatan persahabatan antara Allah Tritunggal dan umat pilihan-Nya dalam Yesus Kristus, kita bisa dengan dasar yang kuat melanjutkan untuk menganalisis perkembangan doktrin kovenan dalam gereja. Kita hanya bisa melihat beberapa titik yang penting. Karena rute yang akan kita lalui bukan terbuat dari batu, melainkan dimaksudkan agar kita merenungkan kredo-kredo (mis. Nicea, Constantinople, Chalcedon, Dordt, Westminster), periode-periode spesifik dari sejarah gereja (mis. gereja mula-mula, gereja Abad Pertengahan) dan theolog-theolog kunci (mis. Athanasius, Augustine, John dari Damascus, Anselm, Bullinger, Calvin, Olevianus, Bavinck, Hoeksema). Beberapa akan mendapatkan perhatian lebih daripada yang lainnya. Mungkin kita akan membahas beberapa secara bersamaan. Mungkin kita akan melewatkan beberapa dan menambahkan dengan yang lain. “Dan [sebagian besar jika bukan semuanya] itulah yang akan kita perbuat, jika Allah mengizinkannya” (Ibr. 6:3). Mari kita berdoa agar Roh kebenaran membimbing kita supaya kita bisa melihat bagaimana Ia memimpin gereja ke dalam segenap kebenaran.

Untuk bahan-bahan lain dalam bahasa Indonesia, klik di sini.


Catatan akhir

1 Heinrich Heppe, Reformed Dogmatics, terj. G. T. Thomson (Grand Rapids: Baker, cetak ulang 1978), hlm. 281.
2 Dikutip dalam Heppe, Ibid., p. 281.
3 Sebagai contoh dari beragam bentuk ini, pertimbangkan, “Aku akan … menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu” (Kej. 17:7); “Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku” (Yer. 31:33); “Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka” (Why. 21:3).
4 Bdk. Robert L. Reymond: “Dengan protevangelium [janji Injil yang pertama] dari Kejadian 3:15 Allah melaksanakan ‘kovenan anugerah” yang dalam bentuk Abrahamiknya menjadi definitif bagi perihal keselamatan untuk segala waktu yang akan datang” (A New Systematic Theology of the Christian Faith [Nashville, TN: Thomas Nelson, 1998], hlm. 449).
Show Buttons
Hide Buttons