Rev. Stewart
Kerangka kerja doktrinal yang diberikan oleh Kitab Suci yang diilhami kita butuhkan untuk bisa memahami secara tepat perihal pandemi virus korona ini. Wawasan dunia Kristen bisa memberi makna bagi terjadinya COVID-19 dan memberi penghiburan serta damai sejahtera dalam Tuhan Yesus selama masa-masa yang penuh gejolak ini. Dalam artikel singkat ini, kita akan melihat bagaimana virus korona bisa kita mengerti menurut 6 bagian utama dari doktrin Alkitabiah (yang diurut ulang): 1) Allah, 2) manusia, 3) Kristus, 4) akhir zaman, 5) gereja, dan 6) keselamatan. Maka, janganlah gelisah atau goyah!
1) Allah. Allah yang benar dan hidup adalah Allah yang tidak terbatas, kekal, dan tidak berubah dalam hikmat, kuasa, kasih, kesetiaan, kekudusan, dan keadilan-Nya. Dengan demikian, Yang Mahatinggi adalah satu-satunya Pencipta, Penguasa universal, dan Hakim tertinggi. Ia berdaulat secara mutlak, sebagai Dia yang “di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya” (Ef. 1:11)—termasuk perihal virus korona ini—karena “tidak ada seorangpun yang dapat menolak tangan-Nya dengan berkata kepada-Nya: ‘Apa yang Kaubuat?’” (Dan. 4:35).
2) Manusia. Tidak seperti para malaikat, manusia memiliki tubuh jasmaniah, termasuk paru-paru, yang secara khusus diserang oleh COVID-19. Tidak seperti binatang, manusia memiliki roh dan eksistensinya tidak berhenti pada saat kematian, seperti yang terjadi pada kematian seekor anjing misalnya (Pkh. 12:7), bertolak belakang dengan mitos evolusionisme dengan kebohongan-kebohongannya yang memberi penghiburan palsu bagi jutaan manusia.
Melalui kejatuhan Adam, kepala yang mewakili kita, seluruh umat manusia, kecuali Kristus, dikandung dan dilahirkan dalam dosa, dan rusak secara total dalam naturnya (Rm. 3:10–18; 5:12–21). Sebagai makhluk yang rasional dan bermoral, manusia memiliki hati nurani (Rm. 2:15), pengertian akan apa yang benar dan salah, dan rasa takut terhadap kematian dan penghakiman ilahi (Ibr. 2:15). Inilah alasan mengapa banyak orang yang tidak percaya sangat takut terhadap wabah ini.
3) Kristus. Sebagai Anak Allah dan Anak Manusia, Tuhan kita Yesus adalah Allah sepenuhnya dan manusia sepenuhnya. Melalui ketaatan-Nya yang sempurna dalam kehidupan yang tanpa dosa dan kematian yang substitusioner, Juruselamat kita adalah “Tuhan, baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup” (Rm. 14:9). Kristus yang disalbkan dan bangkit ini sekarang bertakhta di surga, melaksanakan dekrit kekal Allah dan memerintah atas segala sesuatu dalam providensi.
Dialah Sang Anak Domba yang, dengan pemuliaan-Nya, menerima gulungan kitab dari tangan Allah Tritunggal dan membuka ketujuh meterainya, termasuk meterai keempat dengan kuda hijau kuning (Why. 5–6). Penunggangnya, Maut, menggunakan khususnya empat cara yang mengerikan untuk membunuh banyak orang: perang, kelaparan, binatang buas, dan sampar, termasuk virus korona (Why. 6:8; bdk. Yeh. 14:21).
4) Akhir zaman. Tuhan Yesus menyebutkan sejumlah tanda dari kedatangan-Nya kembali dalam Matius 24:7: “[a] bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan ada [b] kelaparan, dan [c] sampar (kjv dan [d] gempa bumi di berbagai tempat” (bdk. Luk. 21:10–11). Sampar atau wabah COVID-19 jelas terjadi “di berbagai tempat,” seperti di Tiongkok, Italia, Iran, Amerika Serikat, Jerman, Korea Selatan, dan bahkan di hampir semua negara di dunia.
Kesengsaraan-kesengsaraan yang melanda seluruh dunia ini bukan hanya menyibakkan bahwa Allah yang kudus yang ada di surga menghakimi manusia berdosa di bumi, tetapi juga menjadi tanda-tanda akan tibanya kedatangan Kristus yang kedua kalinya dan penghakiman terakhir. Betapa sering Tuhan Yesus berjanji dalam Kitab Wahyu, “Ya, Aku datang segera!” Inilah “pengharapan kita yang penuh bahagia” (Tit. 2:13)
5) Gereja. Dampak paling jelas dari virus korona terhadap gereja adalah gangguan terhadap pelayanan. Ibadah-ibadah hari Minggu, kelas katekisasi, PA, dan lain-lain entah dibatalkan atau sangat dikurangi di seluruh dunia. Selain dengan keluarga sendiri, sangat sedikit atau bisa dikatakan tidak ada persekutuan antara orang-orang kudus dengan cara yang dekat secara fisik atau tatap muka. Sakramen-sakramen Kristen, yaitu Baptisan dan Perjamuan Tuhan, juga tidak bisa dilakukan sementara ini.
Alih-alih pergi beribadah pada hari Tuhan, banyak orang harus menggunakan CD atau DVD atau buku. Orang-orang lain memiliki akses kepada khotbah daring atau ibadah yang disiarkan langsung melalui situs internet. Saat ini, kami di CPRC menyiarkan langsung (dengan video dan audio) doa dan pembacaan Kitab Suci dan eksposisi Firman dari gedung gereja kami pada jam yang sama seperti jam-jam ibadah setiap Minggunya, yaitu jam 11 pagi dan jam 6 sore (https://cprc.co.uk/live-streaming). Kita menantikan hari di mana kita bisa kembali menyanyikan Mazmur 122:1 bersama-sama: “Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: ‘Mari kita pergi ke rumah TUHAN.’” Sementara waktu ini, marilah kita saling mendoakan dan saling bersekutu melalui telepon atau secara daring.
6) Keselamatan. Terkait penerapan penebusan kita dalam Kristus pada kita, ini secara mutlak tetap penuh anugerah dan pasti, menurut kehendak Allah yang tidak bisa diubah, karena “mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya” (Rm. 8:30)!
Jadi apakah yang sedang dilakukan oleh Yehovah dengan umat-Nya yang dipilih, diperdamaikan, dan dilahirkan kembali melalui virus korona ini? Tujuan dan hasil ilahi bagi para kudus-Nya dalam hidup ini—bahkan pada saat ini!—adalah sama seperti waktu dahulu maupun waktu yang akan datang, yaitu mengubahkan kita “menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara” (Rm. 8:29)!
Bagaimanakah Bapa surgawi kita melakukannya selama pandemi ini, ketika penyampaian Firman dan sakramen-sakramen secara resmi dalam perkumpulan orang percaya dan anak-anak mereka (yang hadir secara fisik) untuk ibadah umum pada hari Tuhan tidak dimungkinkan bagi kita untuk sementara ini? (Selama masa terjadinya COVID-19 ini, Mazmur 42, 43, 63, 84, 137, dan lain-lain menjadi terasa semakin menusuk.)
Kita mengingat bahwa masih ada sarana-sarana lain yang secara khusus Allah gunakan pada situasi-situasi seperti ini: doa yang sungguh-sungguh (apakah Anda sudah menjadi suam dalam hal ini?), pembacaan Kitab Suci (mungkinkah Anda sudah mengabaikan Firman?), mempelajari buku-buku Reformed (yang mungkin tidak Anda lakukan belakangan ini karena tidak memiliki cukup waktu), dan lain-lain. Yehovah akan menggunakan sarana-sarana rohaniah ini dengan penuh anugerah, dalam kaitannya dengan ujian-ujian kita sekarang, karena “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Rm. 8:28)!
Oleh sebab itu, janganlah kita khawatir tentang masa depan, tetapi percayalah kepada Bapa surgawi kita yang penuh belas kasih (Mat. 6:24–34; Flp. 4:6–8), yang akan menggunakan wabah ini, seperti dulu Ia pernah menggunakan bencana kelaparan yang mengerikan, untuk keselamatan dan “kebaikan” kekal umat-Nya (Kej. 50:20).
Untuk bahan-bahan lain dalam bahasa Indonesia, klik di sini.