Menu Close

Berdiam Dalam Panggilan kita

Pdt. Angus Stewart

(1)

Ide utama dalam I Korintus 7:17-24 adalah ide panggilan. Bentuk-bentuk kata kerja ”memanggil” digunakan 8 kali di sini dan kata benda ”panggilan” muncul sekali: ”Baiklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil Allah” (20). Terdapat 2 arti dari ”memanggil (call)” dan ”panggilan (calling)”, baik dalam bahasa Inggris dan Yunani. Yang pertama adalah ”panggilan efektif”, karya anugerah Allah. Yang lainnya adalah ”vokasi (panggilan kerja)”, karya providensi Allah. Kedua panggilan ini – panggilan efektif dan vokasi kita – dipilih dalam kasih Allah dalam Kristus Yesus. Tetapi yang mana dari hal ini dikatakan dari sembilan contoh dalam teks kita? Keduanya termasuk dalam ayat 20: ”Baiklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan [vokasi], seperti waktu ia dipanggil [panggilan efektif] Allah”. Terkadang hal ini adalah vokasi; terkadang hal ini adalah panggilan efektif; terkadang hal ini tidaklah jelas, karena dua ide ini terkait secara erat. Hal ini ditandai dengan kata yang sama ”memanggil” digunakan bagi kedua makna itu. Dalam cara yang berbeda, kedua kata itu juga mengekspresikan kedaulatan Allah atas kita dan mengasihi kita. Karenanya baik panggilan efektif kita dan vokasi kita berfungsi untuk keselamatan kita.

Kita harus menekankan struktur dasar dari I Korintus 7:17-24. Anda perlu untuk membuka Alkitab saat ini. Prinsip ini menyatakan: Selanjutnya hendaklah tiap-tiap orang tetap hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Allah. Inilah ketetapan yang kuberikan kepada semua jemaat” (17). Prinsip ini diterapkan pada situasi 1: orang yang bersunat atau tidak bersunat (18-19). Prinsip tersebut dinyatakan kembali dalam kata-kata yang berbeda (20) dan diterapkan pada situasi 2: budak atau orang merdeka (21-23). Akhirnya, prinsip ini ditetapkan lagi: ”Saudara-saudara, hendaklah tiap-tiap orang tinggal di hadapan Allah dalam keadaan seperti pada waktu ia dipanggil” (24).

Selanjutnya, mari kita pikirkan panggilan efektif dan vokasi. Panggilan efektif adalah perkataan Allah yang berkuasa bagi hati orang berdosa yang dipilih, mengubahkannya keluar dari kegelapan ke dalam terang-Nya yang ajaib. Panggilan efektif memiliki 2 aspek: proklamasi eksternal akan injil yang sejati dari anugerah Allah dan operasi internal dari Roh Kudus, bekerja dengan berkuasanya oleh firman yang dikhotbahkan, maka orang berdosa yang dipilih beriman kepada Kristus.

Panggilan efektif adalah panggilan, untuk pemberitaan eksternal dan pelaksanaan internal dari Roh, di mana dua aspek dari satu panggilan dari orang yang terpilih. Kita membedakan dua elemen tetapi kita tidak memisahkan hal-hal tersebut. Hal itu merupakan sifat anugerah, yang tercurah dari kasih tulus Allah yang kekal, menginginkan keselamatan kita. Hal itu istimewa karena hal itu diberi semata-mata bagi yang terpilih, bagi ”mereka yang Allah telah predestinasikan, juga dipanggil oleh-Nya (Rm. 8:30). Hal ini juga sifat yang tidak dapat ditolak, memengaruhi keselamatan dari semua orang yang ”dipilih” dalam Kristus “sebelum dunia dijadikan” (Ef. 1:4), yang pasti membawa kita dalam kemuliaan.


(2)

I Korintus 7:17-24 menekankan bahwa panggilan efektif tiba bagi orang-orang dalam panggilan duniawi atau vokasi mereka. Allah tidak hanya menentukan mereka yang Dia panggil tetapi juga kapan dan dalam situasi yang bagimana dia memanggil setiap orang berdosa kepada keselamatan. Karananya panggilan efektif Allah (anugerah) tiba kepada orang berdosa yang terpilih dalam vokasi duniawinya (providensi). Dalam baik panggilan duniawi dan sorgawi kita, Yehova sepenuhnya berdaulat (bdk. “seperti yang telah ditentukan Tuhan” [17]).

Menurut kedatangan Paulus yang memberitakan Injil di kota Korintus. Allah memiliki banyak umat pilihan di sana (Kis. 18:10) dan, dalam providensi-Nya yang berdaulat, umat-Nya berada dalam vokasi yang beragam. Beberapa orang adalah kaum budak; yang lain adalah kaum proselit [orang kristen yang bukan Yahudi]; yang satu adalah seorang wanita yang memiliki empat anak; seorang tukang besi; yang lain adalah seorang lajang pada dewan kota, dll. Panggilan efektif Allah tiba kepada orang-orang tersebut dalam panggilan-panggilan mereka masing-masing. Karena Allah tidak hanya memanggil orang-orang berdosa yang dipilih, tetapi Dia memanggil mereka yang berperan sebagai ibu rumah tangga atau petani atau orang bukan Yahudi atau budak, dll. Semuanya ini, Dia memenuhi maksud-Nya untuk mengumpulkan suatu jemaat universal atau am sebagai tubuh Yesus Kristus.

Paulus menyebutkan sunat sebagai contoh pertamanya, tanda dari pembedaan yang terbesar antara bangsa-bangsa antara orang Yahudi dan orang bukan Yahudi (1Kor. 7:18-19). Tentu saja, sunat adalah pengeratan kulit alat kelamin anak laki-laki Yahudi (delapan hari setelah lahir) atau orang laki yang bukan Yahudi yang beralih keyakinan. Di kota Korintus, Injil mengalihkan keyakinan orang Yahudi yang bersunat dan orang proselit yang bukan Yahudi dan orang Yahudi yang belum disunat. Hal ini menunjukan bahwa mereka bukanlah orang pagan lagi dan hal ini akan melegakan orang-orang Yahudi, yang mengajarkan bahwa penyunatan adalah penting bagi keselamatan. Mereka yang disunat mungkin menganggap bahwa mereka seharusnya tidak disunat. Bukannya kebanyakan orang Yahudi yang disunat menolak Mesias? Bukankah baptisan menggantikan sunat?

Apa yang sang rasul katakan? ” Kalau seorang dipanggil dalam keadaan bersunat, janganlah ia berusaha meniadakan tanda-tanda sunat itu. Dan kalau seorang dipanggil dalam keadaan tidak bersunat, janganlah ia mau bersunat” (18). Mengapa kaum suci tidak disunat atau menyunatkan diri mereka sendiri? ”Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak penting” (19). Kalau demikian apakah hal yang penting? ”Yang penting ialah mentaati hukum-hukum Allah” (19). Dalam Kristus, ”Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya” (6:15) atau ” hanya iman yang bekerja oleh kasih” (5:6). Karena bersunat tidak ada artinya – bermanfaat atau berdosa – ”Baiklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil (secara efektif) Allah” (1Kor. 7:20).


(3)

Pembahasan terakhir kita menurut panggilan orang Kristen yang disunat atau tidak disunat (1Kor. 7:18-19); kali ini, kita beralih kepada kaum percaya yang adalah ”para hamba”, harafiahnya ”budak”, hal-hal yang paling terlarang dan memerosotkan dari vokasi (21-23).

Perhatikanlah, apa yang Kitab Suci tidak katakan: ”budak-budak Kristen, bangkitlah melawan tuanmu! Perbudakan pada hakikatnya berdosa; tatanan baru telah tiba; ganyanglah segala perbudakan dan bersatulah bagi hak-hak budakl!” Malahan kita membaca, ”pergunakanlah kesempatan itu” (21). ”Janganlah kuatir atau tertekan atau rencana melarikan diri, seolah-olah menjadi budak adalah sifat mutlak yang tidak tertahankan dan tidak sesuai dengan kehidupan Kristen!” Mengapa? ”Sebab seorang hamba yang dipanggil oleh Tuhan dalam pelayanan-Nya, adalah orang bebas, milik Tuhan. Demikian pula orang bebas yang dipanggil Kristus, adalah hamba-Nya” (22). Seorang budak Kristen adalah orang bebas, milik Kristus – bebas dari Iblis, dosa dan neraka. Dia bebas melayani Allah dalam Kristus, karena dia menegetahui kebenaran dan kebenaran itu memerdekakannya (Yoh. 8:32). Meskipun secara fisik, dia adalah seorang budak, tetapi secara rohaniah dia memiliki kemerdekaan yang teragung di dunia. Maka hal itu tidaklah apa-apa (1Kor. 7:21)! Hanya Injil dapat berjalan dengan etika seperti hal ini!

Dengan lain pihak, seorang Kristen yang adalah warga negara yang bebas (sebagimana para pembaca buletin ini) adalah budak Kristus (22). Karena kita bulanlah milik diri sendiri tetapi milik Yesus Kristus, untuk melakukan tuntutan-Nya. Tuan kita bukanlah tiran; tuan yang baik dan murah hati bagi kita.

Apakah hal ini menyiratkan bahwa jika seorang adalah budak ketika dia dipanggil secara efektif, maka dia harus tinggal dalam keadaan hidupnya itu? ”Tetapi jikalau engkau mendapat kesempatan untuk dibebaskan, pergunakanlah kesempatan itu” (21). Terdapat berbagai cara di mana seorang budak dapat dibebaskan: oleh kehendak dan perjanjian tuannya, dengan dibeli dengan uang (entah uangnya atau uang temannya), sebagai hadiah karena pelayanannya yang setia, dll. Sang rasul tidak sekadar mengatakan kepada budak Kristen ”gunakan” kebebasanmu, tetapi ”pergunakanlah” hal itu (24). Gunakan kemerdekaan anda untuk melayani Yesus Kristus dan bukan sekadar kesenangan anda sendiri.

Apa pun vokasi anda, sebagai orang percaya, anda “telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar”, oleh darah Kristus (23). Karena itu, “janganlah kamu mau menjadi hamba manusia” (23), janganlah sekadar bekerja untuk menyenangkan bos anda sebagai “penyenang manusia”, tetapi layanilah Tuhan dengan sepenuh hati (Kol. 3:22). Tolaklah hikmat duniawi orang yang belum percaya bahwa kebebasan duniawi ini sebagai hal utama.Ketimbang segala hal, termasuk vokasi anda, dalam terang panggilan efektif dan penebusan dalam Kristus dan kebebasan rohani anda dalam-Nya. Kita harus berpikir jalan ini dalam semua keadaan kita, seolah-olah kita adalah budak duniawi dan diperlakukan sangat buruknya. Hal ini memuliakan Allah yang Mahakuasa dan memampukan kita untuk bertahan dalam segala kesulitan kita, khususnya dalam tempat kerja kita, meskipun sedikit dari kita yang menderita pada tingkat budak Kristen dalam 1 Petrus 2:18-25.


(4)

Maka bagaimana I Korintus 7:17-24 diterapkan pada vokasi-vokasi selain dari vokasi dari seorang budak? Mungkin panggilan efektif tiba pada anda sebagai anak sekolah, atau anda adalah seorang istri dan ibu atau anda bekerja di luar rumah, atau sedang bekerja keras terutama dengan tangan anda atau dengan akal anda. Aturan umum ini adalah berdiam dalam situasi di mana anda telah dipanggil secara efektif: ”Saudara-saudara, hendaklah tiap-tiap orang tinggal di hadapan Allah dalam keadaan seperti pada waktu ia dipanggil” (24). Jelaslah, terdapat pengecualian. Anak-anak sekolah bertumbuh.Kesehatan anda mungkin memaksa anda untuk berganti pekerjaan atau bahkan pensiun. Mungkin pekerjaan anda sebelumnya sarat dengan kejahatan (mis., sebagai penjual obat terlarang atau mucikari) atau hal itu melibatkan tidak dapat hadirnya anda di hari Tuhan [hari Minggu].

Mengapa berdiam dalam vokasi di mana anda dipanggil dalam aturan umum tersebut (17, 20, 24)? Karena satu hal, hal itu akan membantu untuk menjaga tatanan sipil, yang berlawanan dari penonton dari kaum percaya yang muda, yang lekas mencari pekerjaan baru. Beginilah, saksi-saksi mata orang percaya pada anugerah Kristus pada kedudukan lamanya. Begitu pula ke-am-an gereja paling baik dilayani oleh kaum suci yang berjalan pada kesalehan di dalam berbagai vokasi mereka (dan tidak meninggalkan vokasi tersebut untuk bekerja pada bidang yang lain). Lagipula, hal ini menyatakan bahwa kepuasan orang Kristen tidak bergantung pada kondisi-kondisi eksternal yang mudah/atau diinginkan saja (khususnya dalam lapangan usaha kita) tetapi atas iman dalam providensi dan kebaikan Allah.

Terdapat juga kejadian di mana hal itu tidak hanya secara moral bernilai netral, tetapi juga secara rohaniah bermanfaat untuk mengubah pekerjaan kita. Teks itu sendiri menyatakan hal ini, jika hal itu memampukan anda untuk melayani Tuhan (21) dan menjaga hukum-hukum-Nya (19) dengan lebih baik.

Segala penerapan ini bagi kelajangan dan pernikhan orang Kristen, adalah topik dari 1 Korintus 7.Mari kita andaikan, anda adalah orang yang menikah. Maka anda dipanggil secara efektif. Apakah anda meninggalkan pasangan anda yang belum percaya? “Baiklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil Allah” (20). Layanilah Allah dalam segala situasi (12-16; bdk. 1Pet. 3:1-6). Jika anda adalah lajang ketika beralih keyakinan, anda dapat menggunakan yang lebih besar untuk melayani Allah (1Kor. 7:32, 34), maka tetaplah (1, 8). Namun jika anda ”terbakar oleh hawa nafsu”, anda harus menikah (9). Apa pun status menikah anda memiliki sebuah panggilan. Percaya dalam keputusan Allah yang berdaulat bagi anda dan bergembiralah, sebab segala sesuatu bekerja untuk mendatangkan kebaikan (Rm. 8:28). Segala ajaran dari 1 Korintus 7 – kebaikan dari kelajangan (1, 8), tugas tanggung jawab dalam pernikahan (3-5), tidak menikah lagi ketika pasangan kita masih hidup (10-11, 39), hidup tersendiri bukanlah dasar untuk bercerai (15), dll. – merupakan ”ditentukan” oleh Kitab Suci yang rasuli bagi ”segala gereja” pada segala zaman (17). Hal ini tercakup ketahanan dan kepuasan dalam vokasi kita, sebagaimana kita hidup dalam persekutuan dengan Tuhan: “Saudara-saudara, hendaklah tiap-tiap orang tinggal di hadapan Allah dalam keadaan seperti pada waktu ia dipanggil (24).

Untuk bahan-bahan lain dalam bahasa Indonesia, klik di sini.

Show Buttons
Hide Buttons