Menu Close

Instruksi Katekismus

Pdt. Arie denHartog

Konsep dari instruksi (pembinaan) katekismus agak kurang dikenal di dunia gereja saat ini. Kita percaya hal ini menjadi nilai yang teragung bagi kesejahterahan spiritual di masa depan dari remaja kovenan yang bertumbuh di gereja dan bagi kekuatan yang berkelanjutan dari gereja secara keseluruhan. Ada waktu ketika setiap Gereja Reformed dan Presbiterian memiliki program menyeluruh dari instruksi katekismus. Sayangnya tidak lagi berlanjut.

Kata ‘katekismus’ hanya merujuk pada metode instruksi pada satu masa yang secara umum digunakan di gereja untuk mengarahkan anak-anak dan petobat baru di dalam kebenaran-kebenaran Firman Allah yang agung. Instruksi tersebut biasanya diberikan sebagai sarana dari rangkaian pertanyaan dan jawaban. Paling sering pertanyaan dan jawaban ini merupakan pertanyaan dan jawaban yang dirumuskan begitu berhati-hati. Sang guru menanyakan sepaket pertanyaan dan para murid mengingat jawaban-jawabannya yang ada di dalam katekismus tersebut. Instruksi katekismus yang dipahami secara benar adalah instruksi di dalam pengakuan iman historis yang agung dan pengakuan iman gerejawi.

Instruksi Katekismus memiliki asal mulanya kebanyakan pada masa Reformasi, meskipun hal itu dipraktikan bahkan sebelum terjadinya Reformasi pada permulaan gereja. Instruksi katekismus digunakan secara luas ketika iman Reformed tersebar di seluruh Eropa dan Inggris Raya. Kaum pemimpin Reformasi diyakinkan bahwa Reformasi sebenarnya akan terjadi jika seluruh kaum di muka bumi telah mengetahui kebenaran Firman Allah. Mereka yang mengetahui segalanya mengenai Reformasi akan mengetahui bahwa di atas segala sesuatu, Reformasi adalah mengajak kembali kepada Firman Allah. Bahwa dahulu terdapat keengganan penolakan sebelum masa Reformasi di dalam gereja. Reformasi berusaha untuk memperbaiki hal yang mengerikan ini. Maka terdapat alasan bagi penggugahan keengganan ini di dalam gereja pada masa sebelum Reformasi.

Kita tidak akan membahas lebih detail alasan-alasan mengenai hal ini. Kita hanya menyebut beberapa pokok pikiran yang penting di sini. Kita percaya bahwa keengganan di dalam gereja datang sebagai akibat dari hierarkhi Katolik Roma yang menyisihkan Kitab Suci dari orang awam dan mengganti pengajaran gereja dengan perayaan Perjamuan Kudus yang salah, disebut Misa. Katolikisme Roma sebelum Reformasi dan bahkan pada pengertian tertentu kini mendorong keengganan dari umat itu di bawah otoritasnya dengan ketakutan takhayul dan melalui upacara gereja yang ditentukan, pengajaran ini mengenai purgatori dan hal yang lain. Tidak hanya kebebalan umat awam itu tetapi juga rohaniwan gereja itu mendukung kebebalan itu. Jabatan di dalam gereja diperdagangkan dan supaya mendapat uang, kuasa, dan pengaruh. Jabatan di dalam gereja sering dijabat oleh orang yang korup dan bebal. Tradisi gereja dibuat lebih penting ketimbang mengetahui doktrin-doktrin alkitabiah. Menurut ajaran yang berlaku di gereja, anggota gereja hanya harus mengikuti upacara yang ditentukan melalui gereja supaya dianggap sebagai umat Kristen yang baik. Hal inilah yang dianggap menjadi tugas anggota gereja sepenuhnya dan inti kesalehan dan Kekristenan. Lebih lanjut, dengan melalui upacara yang ditentukan ini, seseorang mendapat pahala tempat di sorga, jasa di antara orang suci di dalam kemuliaan. Tidak perlu adanya pengetahuan akan kebenaran pada taraf tertentu. Rohaniwan sendiri bertanggung jawab untuk mempertahankan kebenaran dan menyangga tradisi gereja.

Kisah Reformasi yang oleh karya Roh Kudus yang perkasa membawa kebangkitan akan minat pengetahuan Allah dan Firman-Nya. Pengetahuan yang sejati dimulai dengan pengetahuan personal akan Allah sendiri dan akan Anak-Nya Yesus Kristus dan akan jalan keselamatan. Pengetahuan yang sejati adalah pengetahuan Allah yang menghidupkan, yang memimpin persekutuan dengan Allah dna Anak-Nya Yesus Kristus. Pengetahuan yang sejati memimpin kepada pengalaman dan kenikmatan yang sejati akan berkat-berkat keselamatan yang telah dinyatakan Allah di dalam Firman-Nya. Kebangunan minat dalam pengetahuan Allah pertama-tama melalui pemulihan Kitab-Kitab Suci kepada orang awam. Orang awam didorong untuk membaca Kitab Suci dan mempelajari doktrin-doktrin yang agung itu secara mandiri. Mereka dipicu dengna kebenaran di mana setiap orang yang percaya dipenuhi dengan Roh Allah, mempelajari dan memahami Kitab Suci untuk diri mereka. Segala upaya yang terbesar dari banyak kaum Reformator adalah memperluas Kitab Suci dengan menerjemahkannya ke dalam bahasa setempat dari orang-orang itu dan mencelikan akan hak dari umat Allah untuk memiliki Kitab Suci bagi mereka sendiri. Di dalam providensi Allah, undangan percetakan pada masa Reformasi begitu didukung pada masa kebangunan pemelajaran itu, khususnya pemelajaran Kitab Suci. Kita percaya bahwa Reformasi memulihkan doktrin agung gereja akan Firman Allah.

Terdapat kebutuhan yang mendesak untuk mengajari orang-orang yang dibawa dalam gerakan Reformasi oleh anugerah Allah yang perkasa itu. Untuk memenuhi kebutuhan ini, Gereja-Gereja Reformed merumuskan katekismus dan pengakuan iman yang meringkas pengajaran-pengajaran Reformasi yang agung. Sepanjang tahun pernyataan iman ini dikaji, dan dikembangkan dengan perbandingan yang berulang dan hati-hati, dengan standar Firman Allah yang infalibel (tidak dapat salah). Beberapa dari pengakuan iman yang agung merupakan hasil dari Reformasi adalah Katekismus Heidelberg Pengakuan Iman Belgia, dan Pilar Pengakuan Iman Dort, secara umum disebut “Tiga Rumusan dalam Kesatuan (The Three Forms of Unity).” Di Inggris Raya, Reformasi menghasilkan Standar Westminster, termasuk Katekismus Westminster dan Pengakuan Iman Westminster. Banyak generasi telah menguji pengakuan iman yang agung ini dengan standar Kitab Suci yang infalibel. Pengakuan-pengakuan ini tidak berdiri sendiri. Otoritas dari pengakuan-pengakuan itu diturunkan dari Kitab Suci. Sekalipun pengakuan-pengakuan itu sendiri tidaklah infalibel, hal-hal itu mewakili secara setia apa yang kita percaya akan doktrin-doktrin inti dari Kitab Suci dan apa yang kita percaya akan interpretasi yang tepat dari doktrin-doktrin ini.

Berabad-abad Gereja-Gereja Reformed dan Presbitarian menggunakan ketiga rumusan itu untuk instruksi katekisasi bagi kaum muda kovenan yang lahir di dalam keluarga Kristen dan bertumbuah di dalam gereja. Ketiga rumusan itu digunakan untuk mengajar kaum muda dan mendewasakan mereka di dalam iman supaya ketika mereka sudah cukup memahami, mereka dapat menyaksikan iman mereka di dalam Tuhan dan persetujuan mereka dengan doktrin-doktrin dari Firman Allah. Juga di mana pun gereja Reformed melakukan misi, pengakuan tersebut digunakan sebagai pengajaran bahkan hal-hal itu digunakan pada masa Reformasi.

Akhir-akhir ini, kebanyakan gereja-gereja Reformed dan Presbiterian telah meninggalkan seluruh ide mengenai instruksi katekisasi dan menggantinya dengan studi Alkitab yang superficial dan pengajaran Sekolah Minggu yang dangkal bagi anak-anak dan kaum petobat. Sekalipun masa kita adalah masa ledakan pengetahuan, kenyataannya ada kekurangan pengetahuan yang tragis mengenai doktrin-doktrin yang mendasar dan agung dari Kitab Suci di kebanyakan gereja. Khotbah dan pengajaran yang kokoh dari Firman Allah di dalam gereja telah digantikan dengan ibadah penyembahan yang menggunakan musik yang keras, menceritakan pengalaman-pengalaman pribadi dan bentuk-bentuk hiburan yang lain. Secara emosi, pendengar digoyangkan dengan berbagai macam alat seperti musik, drama, teriakan, tepuk tangan dan lonjakan kaki. Partisipasi pendengar dari hampir setiap macam dorongan. Pengambilan keputusan dan komitmen yang superfisial ditekankan dari umat dan keasyikan yang besar dihasilkan. Tetapi ketika semua hal itu dikatakan dan dilakukan, sebenarnya hanya ada sedikit sekali kandungannya. Sedikit pengajaran di dalam kebenaran Allah dan Firman-Nya yang objektif. Orang akan segera lupa akan pengalaman emosi mereka lagi dan sama sekali tidak mendasari di dalam iman mereka. Bentuk Kekristenan ini memiliki sedikit relevansi pada kehidupan sehari-hari. Terdapat kurang kokohnya dan ketahanan yang mendalam di dalam iman secara menyedihkan. Maka di dalam masa gereja modern ini hal itu begitu membutuhkan pengajaran di dalam doktrin akan Firman Allah seperti yang pernah terjadi pada masa Reformasi. Hanya demikian yang dapat membuat anggota gereja menjadi kuat di dalam kebenaran akan Allah dan akan keselamatan. Hanya demikian yang dapat menjaga anggota gereja dari rupa-rupa angin pengajaran dan oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, seperti yang diperingatkan Paulus di dalam Efesus 4.

Kita bersyukur bahwa praktik pengajaran katekismus terus berlanjut di dalam Gereja-Gereja Reformed Prostestan, denominasi di mana Hope Protestan Reformed Church, terbitan berita selanjutnya, sebagai bagiannya.

Kita mengarahkan pada beberapa ciri yang terbaik dari instruksi katekismus yang sejati. Pertama-tama, katekismus adalah instruksi doktrinal yang sistematis di dalam Firman Allah. Praktik pengajaran katekismus ini didasarkan keyakinan bahwa Alkitab mengandung sistem doktrin. Hal itu bukanlah sekoleksi perkataan yang menggairahkan. Alkitab bukanlah sekadar sekoleksi kisah dengan pelajaran moral murahan. Alkitab mengandung doktrin-doktrin Allah yang agung. Doktrin-doktrin ini membentuk sistem logis yang harmoni dan mulia. Sistem ini ditemukan di seluruh Kitab Suci secara konsisten. Hal itu tidak memiliki kontradiksi apa pun meskipun pembacaan yang superfisial dari Kitab Suci mungkin mengarahkan hal ini. Manfaat-manfaat Kristen begitu besar dari mempelajari sistem doktrin yang alkitabiah. Iman kita tidak dapat didasarkan pada seri teks yang ditemukan di dalam berbagai bagian dalam Kitab Suci secara acak atau tidak bersambung dan sering dikeluarkan dari konteks di mana hal-hal itu ditemukan, dan memberikan makna selain yang dimaksudkan oleh penulis yang terinspirasikan tersebut. Iman kita harus dilandaskan di dalam pengetahuan, bukan sekadar emosi, perasaan dan pengalaman, senyata hal itu mungkin tampak pada hal-hal itu sendiri. Pengajaran Katekismus berusaha menghindari hal yang bertentangan dari Kitab Suci sebagai doktrin agung dari Firman Allah, yang teringkas seluruhnya dari apa yang Alkitab ajarkan sebagai keseluruhannya. Kita memercayai bahwa Pengakuan Iman Reformed meringkas ajaran dari seluruh Firman Allah secara baik sekali dan apa yang mereka tentukan, betapa kita boleh memahami secara benar semua doktrin Firman Allah yang fundamental.

Pengajaran Katekismus memberikan penjelasan akan perkembangan kebenaran di dalam sejarah gereja. Hal itu tidaklah sekadar berminat dalam mempertahankan tradisi yang dihasilkan manusia, meskipun orang-orang ini sebenarnya adalah theolog yang besar. Bagaimanapun, pengajaran Katekismus menyatakan apa itu gereja Yesus Kristus yang sejati untuk selalu memahami doktrin Kitab Suci. Kita tidak membayangkan diri kita menjadi juara pertama dalam mempelajari Kitab Suci. Kita memperoleh manfaat dari orang agung Allah dan orang agung yang mempelajari hal itu sebelum kita di dalam sejarah gereja. Katekismus gereja yang agung tidak sekadar merefleksikan opini seseorang, bahkan bukan pendapat dari seorang atau banyak theolog yang terbesar dari sejarah gereja sekalipun. Katekismus dari Gereja-Gereja Reformed mewakili apakah gereja itu keseluruhan memercayai kebenaran Firman Allah secara resmi. Hal itulah keyakinan dari orang Reformed yang benar di mana gereja sejati selalu mempertahankan kebenaran Firman Allah. Melalui sejarah, gereja telah berkembang di dalam pemahamannya dan apresiasinya akan Firman Allah, di mana bentuk benih itu, Tuhan selalu memberikannya kepada gereja tersebut. Allah telah membimbing gereja-Nya sepanjang tahun oleh Roh-Nya ke dalam pemahaman yang lebih dalam dan lebih kaya akan Firman Allah. Katekismus-katekismus dari gereja merefleksikan hal itu, hal-hal itu merupakan produk dari bimbingan Roh, sekalipun tidak di dalam cara yang sama seperti Kitab Suci yang infalibel tersebut.

Instruksi Katekismus tidak hanya menyatakan kebenaran Firman Allah tetapi juga secara tajam membedakan kebenaran dari kesalahan. Banyak orang di dalam gereja yang membayangkan bahwa seseorang dapat meyakini kebenaran Allah tanpa menghukum kesalahan. Mereka ingin setiap orang untuk percaya apa yang mereka sendiri inginkan. Mereka membayangkan bahwa toleransi dari segala bentuk kepercayaan dan setiap doktrin diberdayakan oleh manusia merupakan suatu tanda yang paling menyenangkan dari gereja. Instruksi Katekismus berusaha untuk memperlengkapi umat Allah untuk tahu membedakan kebenaran, menggumuli demi kebenaran dan dengan melakukan penolakan ini dan menghukum kesalahan. Surat-surat dari para rasul yang diinspirasikan ada di dalam Kitab Suci merupakan risalah doktrinal yang perkasa, beberapa bahkan lebih kuat ketimbang risalah yang lain. Kebenaran Allah tidak dapat dipertahankan tanpa membedakan hal itu dari kebenaran. Gereja tersebut dipanggil untuk menghukum ajaran yang salah dan memperingatkan anggota gereja untuk melawan hal itu. Hal yang kita percaya itu sama pentingnya kini seperti yang terdapat di Israel pada Perjanjian Lama. Israel dipanggil untuk menghukum penyembahan berhala dari bangsa-bangsa kafir dan memisahkan mereka dari padanya, sehingga bangsa Israel dapat dikuduskan untuk mengasihi Allahnya. Gereja yang dengan berani dan tegas mengutuk ajaran yang salah dan mempertahankan pengajaran Allah yang benar secara teguh, mempertahankan kehormatan dan kemuliaan Allah dan kebenaran-Nya.

Pengajaran Katekismus mempromosikan kesatuan dari iman di dalam gereja. Katekismus dan pengakuan iman yang agung merupakan pengakuan iman Gereja Reformed yang disatukan. Di dalam Gereja Reformed Protestan kita, kita memegang “Tiga Rumusan dalam Kesatuan” yang disebutkan di atas. Kita memercayai bahwa pengakuan iman ini menyatukan kita. Ketika para petobat baru bergabung bersama kita. Kita tidak tertarik pada sekadar jumlah yang banyak tetapi di dalam kesatuan yang sejati di dalam pengetahuan dan kasih akan kebenaran Allah. Ketika para petobat baru membuat pengakuan iman mereka di tengah ibadah penyembahan publik dari gereja kita dan meringkaskan di dalam pengakuan iman kita. Tuhan disenangkan. Nama-Nya dimuliakan bukan oleh keberagaman doktrin yang asing di dalam gereja tetapi oleh kesatuan di dalam pengakuan iman dan kasih akan kebenaran Firman-Nya, kebenaran yaitu Yesus Kristus sendiri.

Pengajaran Katekismus diadopsi pada taraf dari pemahaman dari para katekumen. Tujuannya adalah mengajarkan para petobat baru pada perihal Allah yang lebih dalam. Tujuannya adalah memimpin mereka yang masih kecil di dalam iman kepada kematangan pemahaman akan Firman Allah. Tujuan pengajaran katekismus adalah untuk membantuk anggota-anggota gereja untuk memahami khotbah Firman Allah di gereja dan untuk melanjutkan kehidupan mereka seluruhnya untuk bertumbuh di dalam pengetahuan akan Allah.

Kita percaya bahwa pengajaran katekismus di gereja merupakan urusan yang serius. Hal itu harus ditempatkan pada kesejajaran dengan khotbah Firman di Hari Tuhan (Minggu). Catechete (katekete – pengajar katekisasi) harus dilatih dengan baik. Sebab mereka yang bertanggung jawab akan jiwa-jiwa dari umat Allah dan demi menyokong kebenaran Allah yang mulia di gereja-Nya. Katekete yang berlaku saleh sehingga hal itu boleh menyemangati banyak anggota gereja yang ingin menjadi guru di gereja, hal itu bukanlah amanat yang alkitabiah. Kitab Suci mengajarkan dengan jalas adanya kebutuhan bagi pelayan yang dilatih, dipanggil, dikaruniai, ditetapkan dan diawasi supaya dapat memilah Firman Alalh secara tepat dan mempertahankan doktrin yang benar di gereja. Karena itu segala pelatihan katekismus yang mungkin di gereja seharusnya dikerjakan oleh pendeta yang terlatih secara theologis. Dalam gereja kita, kebanyakan intruksi katekisasi dikerjakan oleh pendeta. Karena pekerjaan ini dianggap begitu penting, pendeta kita mencurahkan begitu banyak waktu dan energi untuk pekerjaan ini. Saya sendiri secara teratur mengajar 7 kelas katekisasi setiap minggu dari bulan September hingga Mei. Jika pelayan Firman yang sah memiliki alasan yang terhalangi untuk mengerjakannya, maka hal itu dapat dikerjakan oleh para penatua yang terlatih baik di gereja.

Insturksi katekisasi yang baik melibatkan ingatan akan jawaban-jawaban dari pengakuan iman dan katekismus yang agung dari gereja. Terdapat nilai yang begitu luar biasa untuk mengingat dan mengulanginya. Kita memercayai bahwa hal ini adalah suatu metode pemelajaran Firman Allah yang paling baik. Akan tetapi, dalam hubungan dengan hal ini, katekete (pengajar katekisasi) memiliki tugas yang ganda. Pertama-tama, dia harus menjelaskan secara hati-hati pertanyaan dan jawaban dengan cara yagn konsisten dengan tingkatan pemahaman murid-muridnya. Sekadar mengutip ingatan dari doktrin tanpa ada pemahaman minimal yang memadai akan apa yang dipelajari, bernilai rendah dan akan menyebabkan kematian ortodoksi di gereja. Kedua, katekete harus mendemonstrasikan (menjelaskan supaya dipahami – ed.) secara jelas di setiap kelas dan murid-muridnya dasar alkitabiah bagi hal-hal yang diajarkannya. Pemelajaran doktrin secara hakiki akan menghasilkan murid-murid yang mungkin menjadi sangat baik dalam diingat dalam pernyataan-pernyataan resmi tertentu akan doktrin tersebut, tetapi barangsiapa yang melewatkannya, akan tetap memberikan sedikit pengajaran akan Alkitab. Seluruh Pengakuan Iman Reformed yang agung, lengkap dengan teks pembuktian Alkitabnya. Kenyataannya, beberapa dari hal itu seperti Pilar Pengakuan Iman Dort memiliki teks pembuktian hampir separuh yang kutipannya diambil dari Kitab Suci.

Kami mengingatkan segera kepada anggota gereja untuk memikirkan masalah instruksi katekismus ini begitu penting, sehingga Anda mendesak gereja di mana Anda tinggal untuk memberikan instruksi semacam ini. Jika hal ini tidak dilakukan di gereja Anda, kami menyarankan hal yang begitu penting semacam ini supaya Anda untuk bergabung dengan gereja yang secara setia dan semangat mengkatekisasi anggotanya. Ingatlah bahwa kita tidak hanya memikirkan diri kita tetapi bagi gereja secara keseluruhan dan bagi semua anggotanya di mana mereka menjadi kuat di dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus dan pengetahuan akan kebenaran-Nya. Tentunya, perhatian kita bukan sekadar mempertahankan suatu tradisi resmi tertentu. Perhatian besar kita adalah supaya anggota gereja mengenal Allah mereka dan mengasihi kebenaran-Nya. Perhatian inilah yang sepenuhnya Alkitabiah.

Buah dari pengajaran katekisasi yang setia di gereja, oleh anugerah Allah, akan menjadi anggota yang kuat dan setia dan berpengetahuan akan kebenaran Allah. Hal itu akan mempromosikan kesatuan iman di dalam gereja dan tegak bersama melawan pengajaran yang salah. Sekali lagi, hal ini begitu mendesak dibutuhkan di dalam masa kita sekarang.

Gereja-gereja kita setelah bertahun-tahun mengembangkan beberapa materi katekismus yang baik yang secara teratur digunakan di dalam jemaat kita. Kita mengundang para pembaca yang berminat untuk mengirimkan contoh sampel ini.

Untuk bahan-bahan lain dalam bahasa Indonesia, klik di sini.


Buletin Reformed Witness diterbitkan setiap bulan di bawah pengawasan dari Panitia Injili di Hope Protestant Reformed Church of Redlands. Buletin ini tersedia bagi siapa saja yang tertarik di dalam Iman Reformed. Jika Anda ingin ditambahkan di daftar surat, mohon dituliskan ke:

Reformed Witness
Hope Protestant Reformed Church
1307 E. Brockton Ave.
Redlands, CA 92374-3802

Show Buttons
Hide Buttons