Prof. Herman Hanko
“Apakah semua anak yang meninggal di masa kanak-kanak, yang masih akan lahir, masa kehamilan baru dan semuanya yang belum memasuki usia yang sadar—di mana mereka memasuki tahap permulaan dari tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dari anak—langsung pergi ke sorga secara otomatis, sebagaimana juga berlaku pada semua anak-anak yang autis, yang jahat, dll. (bdk.2Sam. 12:23; Mat. 18:10)?” tanya seorang pembaca.
Pertanyaan ini telah membingungkan gereja selama berabad-abad. Ulrich Zwingli memercayai bahwa semua anak di sepanjang sejarah yang meninggal pada masa kanak-kanak, entah itu dari anak dari kaum pagan atau kaum percaya, diselamatkan. Posisi kepercayaan ini ditolak oleh Luther, Calvin, Knox dan kaum Reformator lainnya. Canon of Dordtmembatasi jawaban itu kepada anak-anak kaum percaya: “Tentang kehendak Allah, yang harus kita tentukan pendapat tersebut hanya berdasarkan Firman-Nya sendiri. Firman itu menyaksikan kepada kita, bahwa anak-anak orang percaya adalah kudus, bukan karena kodrat mereka, melainkan karena perjanjian rahmat yang mencakup mereka bersama orangtua mereka. Maka orangtua yang saleh tidak perlu bimbang tentang pemilihan dan keselamatan anak-anak mereka yang diambil Allah dari hidup ini pada masa mereka masih kanak-kanak. (I:17)
Pengakuan Iman Westminster menyatakan, “Anak-anak yang terpilih dan yang meninggal dunia waktu masih kanak-kanak, dilahirkan kembali dan diselamatkan oleh Kristus melalui Roh[a] yang berkarya bila, di mana, dan dengan memakai cara yang dikehendaki-Nya[b]). Begitu pula halnya semua orang terpilih lainnya yang tidak dapat dipanggil secara lahiriah melalui pelayanan Firman.” (10:3). Seperti Canon, Pengakuan Iman Westminster mengatakan mengenai anak-anak yang terpilih, meninggal waktu masih kanak-kanak, namun hal itu juga mengacu pada “semua orang terpilih lainnya yang tidak dapat dipanggil secara lahiriah melalui pelayanan Firman”. Jelaslah bahwa Pengakuan Iman Westminster membicarakan mengenai mereka yang ada di dalam gereja yang tampak, sebab seluruh bab membicarakan mengenai panggilan efektif yang berhubungan dengan pemberitaan injil.
Katekismus Heidelberg tidak mengajukan pertanyaan secara langsung mengenai keselamatan kematian kanak-kanak, namun hal itu menyatakan bahwa baptisan harus dilayankan kepada anak-anak kaum percaya karena “Mereka termasuk dalam perjanjian Allah dan dalam jemaat-Nya, sama seperti orang-orang dewasa; Lagi pula, melalui darah Kristus, mereka, …menerima janji kelepasan dari dosa-dosa dan Roh Kudus yang bekerja menciptakan iman. Mereka pun perlu dimasukkan dalam Gereja Kristen…” (A. 74).
Kita boleh menyimpulkan secara baik bahwa dalam garis kovenan, yakni, dalam kasus anak-anak dari kaum percaya yang meninggal di masa kanak-kanak, kaum percaya tidak memiliki alasan untuk meragukan keselamatan dari anak-anak ini. Hal yang sama adalah anak-anak dari kaum percaya yang cacat mental. Mereka mungkin bertumbuh hingga dewasa dan tidak mampu untuk memahami sarana-sarana yang digunakan Allah untuk menyelamatkan umat-Nya, yakni, pemberitaan Firman dan pelayanan sakramen-sakramen. Kuasa dari anugerah Allah tidaklah terbatas; dia dapat dan mampu menyelamatkan mereka juga.
Anda tahu, kita tidak pernah, ya, tidak pernah memandang rendah pengertian dari anak-anak yang cacat mental, tidak perduli betapa parahnya cacatnya itu mungkin. Bahaya dari meremehkan kemampuan intelektual dari anak-anak demikian adalah benar-benar kurang memercayai karya Roh Kudus yang mampu untuk melakukan hal yang jauh melampau apa yang kita minta atau pikirkan dalam keselamatan dari kaum pilihan Kristus (Ef. 3:20). Saya telah mengenal dan bertumbuh bersama dengan anak-anak yang demikian, dan tidak dapat diragukan dalam pikiran bahwa segalanya Roh bekerja di dalam mereka secara berkuasa dan mengagumkan. Orangtua Kovenan dengan anak-anak yang demikian mengetahui hal tersebut, dan mereka mengajarkan anak-anak ini sama seperti anak-anak ini dapat memelajarinya.
Anak-anak ini memiliki tempat yang sangat istimewa dalam keluarga di mana mereka telah dilahirkan dan tujuan yang istimewa dalam gereja di mana mereka berbagian. Mereka merupakan karunia dari Allah. hal itu akan menjadi lebih ketimbang keanehan yang berlalu saja jika Allah tidak menunjukan kasihnya kepada anak-anak ini sebagaimana Dia menunjukan suatu kasih yang istimewa kepada keluarga dan gereja di mana anak-anak semacam ini dibawa oleh anugerah Allah.
2Samuel 12:23, mengacu kepada pertanyaan, yang mungkin sangat baik digunakan sebagai bukti bahwa Daud juga percaya bahwa anak-anak yang terpilih dari kaum percaya, yang meninggal di masa kanak akan diselamatkan. Beberapa orang ingin membuat ayat ini sekadar mengacu kepada kuburan/kematian, tetapi hal ini agaknya merupakan pengakuan iman Daud kepada keselamatan dari anak-anak kovenan.
Matius 18:10 adalah bukti yang positif dan pasti bahwa anak-anak dari kaum percaya, entah kanak-kanak atau anak-anak, merupakan anak-anak Allah dan objek dari kasih-Nya. Ayat ini dan ayat lainnya di dalam Kitab Suci, tidak membedakan pembedaan antara anak-anak yang hidup maupun anak-anak yang meninggal di masa kanak-kanak; anak-anak yang memiliki kecerdasan normal atau anak-anak yang terlahir dengan kecacatan mental. Allah tidak memandang orang.
Yang terpenting dari semua ini adalah masalah apakah anak-anak kovenan diselamatkan di masa kanak-kanak atau bahkan di masa pembuahan. Kredo kita dan Kitab Suci meyakinkan kita akan hal ini. Yeremia 1:5 jelas akan poin ini. Yeremia dikuduskan dari kandungan. Walaupun, cukup aneh, beberapa berargumen bahwa pengudusan yang dirujuk di sini hanyalah pemisahan eksternal dari dunia, argumen semacam ini bersifat keliru. Yeremia dikuduskan dari kandungan dengan demikian dia, yang adalah orang yang didiami Roh, dibuat kudus dan dipakai untuk pekerjaan yang Allah sediakannya untuk dikerjakan.
Hal yang sama terjadi bagi Yohanes Pembaptis ketika dia melonjak dari kandungan Elizabet, ibunya saat ada kehadiran Kristus (Luk. 1:41-44). Yohanes dikuduskan karena karya-Nya untuk mengumumkan kedatangan Kristus, karena dia memulai pekerjaan bahkan sebelum lahir: dia mengumumkan kepada Maria bahwa dia telah mengandung Kristus.
Para orangtua yang menganggap kovenan secara serius, dan barangsiapa mengetahui bahwa kerjasama dalam kovenan adalah juga karya Allah melalui Yesus Kristus, yakni dengan mengenali keselamatan dari anak-anak mereka dan menerima anak-anak mereka sebagaimana Kristus mati untuk mereka. Sebagai anak-anak Allah yang diregenerasikan, mereka juga mewarisi kovenan anugerah. Mereka yang mengajar anak-anak mereka mengenai jalan-jalan Allah, mengetahui bahwa Roh akan membuat pengajaran mereka efektif. Mereka tidak menganggap anak-anak mereka tidak diubahkan dan merupakan tujuan dari karya misi juga.
Untuk bahan-bahan lain dalam bahasa Indonesia, klik di sini.