Mr. Brian Dykstra, guru di Sekolah Hope Protestant Reformed Christian
Bagian I
Dapatkah engkau memberkas ikatan bintang Kartika, dan membuka belenggu bintang Belantik? (Ayub 38:31)
Konstalasi Orion (bintang Belantik – LAI), melukiskan seorang pemburu besar atau pendekar, merupakan suatu konstalasi yang paling terkenal di langit malam. Seringkali hal itu merupakan pola bintang pertama yang kita belajar untuk mengenali. Kini Orion dapat dilihat di barat daya sesekali di langit yang gelap. Karena Orion terletak di atas ekuator Bumi, Orion dapat melihat dari semua tempat yang ditempatinya. Dua bintang yang gemerlap menandai pundak yang kuat dan luas, dan di bawahnya, ada tiga bintang tidaklah gemerlap, seluas ikat pinggangnya.
Dari perspektif yang lebih besar, Orion memiliki suatu tempat yang menarik di dalam galaksi kita, Bima Sakti. Bima Sakti dapat dilukiskan secara mental sebesar bola bintang yang besar dengan beberapa lengan yang melingkar keluar dari saluran pusat bintang-bintang. Jika seseorang melihat dari matahari ke arah saluran pusat dari galaksi yang berbentuk spiral kita, konstalasi Skorpio (Kalajengking) akan kelihatan mata kita. Memandang di dalam direksi yang berlawanan, jauh dari pusat galaksi kita, kita mengamati Orion. Orion adalah lengan spiral yang merupakan lengan berikutnya dari lengan di mana matahari terletak.
Di banyak budaya kuno, Orion digolongkan dengan para pahlawan dan pendekar. Kata Ibrani yang diterjemahkan Orion di dalam Alkitab berarti “Kuat.” Tidak terdapat banyak mitos yang digolongkan dengan Orion sebagaimana ada karakter yang alin ditemukan di dalam langit yang berkilauan. Mungkin mitos yang paling terkenal mengenai Orion adalah mitos bahwa dia terbunuh oleh sengatan kalajengking yang mematikan. Kalajengking telah dikirim untuk menghukum Orion karena keangkuhannya. Setelah menyelesaikan tugasnya, kalajengking ditempatkan langsung berlawan dengan Orion di langit, sehingga hal itu tidak pernah akan mengancamnya lagi. Tentu saja, pembaca Alkitab tidak menafsirkan sedemikian, tetapi menggolongkan pemburu besar, Orion dengan Nimrod yang perkasa.
Kita mengenal dengan kisah Ayub. Akankah setiap orang memilih untuk menderita penderitaan Ayub? Tangan Allah begitu berat menekannya. Ayub bertanya-tanya mengapa dia mengalami penderitaan yang pahit seperti itu. Meskipun dia tahu dia bersalah akan dosa, Ayub menegaskan bahwa dia tentu tidak lebih berdosa ketimbang orang berdosa lainnya. Sekalipun protes-protes dari yang disebut para teman dan penghibur, yang memastikan Ayub adalah bersalah karena dosa yang mengerikan, Ayub mempertahankan ketidakbersalahannya. Ayub berargumen dari pengamatannya bahwa terdapat banyak di antara orang yang jahat, yang hidup sangat sejahtera dan, dari sudut pandang duniawi, hidup bahagia. Akan tetapi, mengapa Allah membuat Ayub begitu menderita sedemikian?
Di dalam Ayub 23:3-4, Ayub mengungkapkan hasratnya untuk menemui Allah dan membahas kasusnya di hadapan-Nya. Ayub akan memohon ketidakbersalahannya. Di bab 38, Ayub menemui keinginannya. Bagaimanapun, percakapan tersebut tidak diungkapkan seperti cara yang Ayub harapkan. Ayub ingin untuk datang di hadapan takhta Allah. Dia merindukan untuk memaparkan perkaranya di hadapan Allah dan “kupenuhi mulutku dengan kata-kata pembelaan.”
Dalam Ayub 38, pertemuan antara Allah dan Ayub dimulai. Hal itu bukanlah apa yang Ayub harapkan atau diinginkan. Allah tidak bermaksud memperbolehkan Ayub untuk mempertanyakan Allah atau membiarkan kasusnya direncanakannya secara hati-hati. Betapa gentarnya Ayub saat itu ketika Allah, Pencipta yang mahaperkasa dan berdaulat itu menyatakan dengan tegas, “Bersiaplah engkau sebagai laki-laki! Aku akan menanyai engkau, supaya engkau memberitahu Aku.” Betapa bengkaknya gumpalan di dalam kerongkongan Ayub ketika dia tiba-tiba menyadari bahwa percakapan ini tidak seperti yang dia inginkan. Lalu Allah terus menanyai Ayub dengan daftar pertanyaan yang membungkamkan Ayub di dalam tempat yang tepat dari ketertundukan yang senyap.
Satu dari pertanyaan Allah ditemukan di dalam ayat yang dikutip di atas: “Dapatkah engkau … membuka belenggu bintang Belantik?” Maka di sore hari yang cerah berikutnya ketika senja telah memudar, keluarlah, dan lihatlah di sebelah barat daya dan lihatlah Orion. Pundak Orion lebih lebar ketimbang pinggulnya, yang menggambarkan kepada kita, kekuatannya yang besar. Di sekeliling pinggulnya ada sabuknya, balutan dari pakaiannya membungkus mengelilingi tubuhnya untuk mengencangkan pakaiannya pada tempatnya dan pergi ke jalan di mana dia berburu. Siapa yang akan mencoba melonggarkan sabuk dari pemburu yang sedemikian kuat itu? Dia membutuhkannya untuk menyelesaikan tugasnya, dan di dalamnya ditemukan pedang yang berharga. Tidaklah bijak untuk bergulat atau menimbang pedang-pedang itu dengan Orion. Lagipula, Orion begitu jauh dari jangkauan kita. Kita tidak dapat melayang cukup tinggi untuk berlagak bahkan sekilas untuk mengancamnya.
Apakah kita bertanya-tanya mengapa Allah membawa kesengsaraan kepada hidup kita? Apakah kita cemas mengenai keadaan ekonomi dan apa efek yang mungkin bagi kita untuk menyokong keluarga kita dan berbagai persoalan yang banyak itu? Apakah kita semakin tidak sabar untuk menunggu kita atau orang yang kita kasihi untuk sembuh? Apakah kita dipermasalahkan dengan kondisi dari gereja militan Allah, di mana tampaknya sering begitu tidak signifikan dan kecil dan harus bergumul dengan masalah di dalam dan di luar? Dari kitab Ayub, kita belajar bahwa kita lebih baik tidak membiarkan beban-beban ini membuat kita mempertanyakan kedaulatan Allah atau kebenaran dari penghakiman-Nya. Kita harus tunduk dengan berdiam pada kenikmatan-Nya yang baik dan bersandar di dalam janji-janji-Nya yang memiliki kekuatan yang berdaulat untuk menempatkan pemburu yang berkilauan di angkasa.
Bagian II
di dalam terang-Mu kami melihat terang. (Maz. 36:10b)
Orion, pemburu yang agung itu kini ditempatkan di sebelah barat persis setelah senja. Segera dia tidak akan kelihatan sama sekali. Musim berburunya berakhir. Orion dikenal karena dua bintang yang paling terang ditandai perbedaan warna dan nebulanya yang berpedar.
Bintang tersebut digambarkan di sebelah kanan pundak dari Orion, bintang ke-11 yang paling cerah di langit malam, yakni Betelgeuse, dapat dikenali karena warna oranye/kemerahan. Orang yang termasuk pemula untuk mempelajari perbintangan di dalam gaya sistematik ini adalah orang Arab, itulah sebabnya kenapa begitu banyak perbintangan yang dinamai dari bahasa Arab. Seorang akan berpikir suatu bintang yang indah dan terang dengan suatu warna yang tidak umum, memiliki nama yang merefleksikan indahnya, tetapi asumsi seperti itu salah. Nama Arab dari bintang itu paling sering diterjemahkan, “ketiak dari sang raksasa.” Sayangnya, demikian adanya.
Posisi dari tungkai kiri dari pemburu itu digambarkan olehRigel, yang berarti “tungkai kiri dari sang raksasa.” Hal itu adalah bintang ke-7 yang paling cerah dan berwarna putih kebiruan yang mengkilaukan. Perbandingan Rigel dan Betelgeuse merupakan cara yang baik untuk mempraktikan kemampuan seseorang untuk tahu mengetahui pewarnaan bintang. Dengan menyelidiki sinar dari bintang-bintang ini dengan instrumen modern, para astronom telah mampu untuk mempelajari lebih lagi mengenai hal-hal itu. Mereka menemukan bintang-bintang itu tidak memiliki temperatur yang sama. Hal itu dikerjakan berlawanan dengan intuitif, yang khususnyan menjadi terbukti ketika mencoba mengajari hal ini kepada anak-anak, tetapi bintang-bintang yang paling panas berpedar biru, dan yang berpedar merah yang paling dingin.
Hari ini Orion paling dikenal dari nebula yang ada di sana. Bagian tercerah dari nebula dapat ditemuka dengan memulainya di bintang tengah dari sabuk Orion, maka terus turun ke tengah dari 3 bintang yang lebih redup di mana bentuk pedang Sang Pemburu. Beberapa pengamat mengklaim bahwa di bawah kondisi-kondisi yang terbaik, mereka dapat melihat pedang itu tampak menjadi kecil, tambalan kabur dari terang, bukan titik dari terang bintang yang khusus. Bagaimanapun, teropong adalah segala hal yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu pandangan dari objek yang terkenal ini.
Pemfoto Astronom telah memoles sejumlah buku dan majalah dengan banyak lukisan nabula Orion yang memukau ini. Peralatan fotografer Modern menampakan keluasan yang menakjubkan dari awan-awan debu dan gas yang berpedar. Nebula ini cukup besar secara mudah terlihat dengan mata telanjang, membentang dari kepala hingga lutut, tetapi hal-hal itu terlalu redup karena jauh. Jika mata kita cukup besar untuk memperlengkapi kita dengan diametar pupil yang lebih besar, kita akan melihat tambalan besar yang melingkar dan uap terang yang berwarna kehijauan. Merah dan biru dari foto itu terlihat di sejumlah buku dan majalah dimungkinkan hanya karena dari pemaparan dari kamera film yang sensitif dan lama, atau peralatan fotografi digital modern.
Untuk berberapa tahun, manusia tidak kepikiran bahwa Orion memiliki keindahan semacam itu. Perlengkapan dibutuhkan untuk mengamati harta karun itu karena masih belum diketahui. Nebula tersebut ada di sana, hanya kita tidak dapat melihat mereka. Nebula Orion tetap tidak terlihat, tersembunyi di dalam kegelapan.
Sesuatu yang sama terjadi dengan kebenaran rohani. Kaum evolusionis akan menegaskan dengan begitu giatnya bahwa tidak ada Allah. Sekalipun penyataan Allah kepada mereka ada di dalam ciptaan-Nya, cukup membuat mereka tidak dapat berdalih, mereka mengakui bahwa peralatan ilmiah mereka mahal, begitu baiknya, dan terpasang baik tidak menyediakan bukti fisik akan eksistensi-Nya. Astronom yang tidak beriman secara praktis bermandikan dirinya di dalam cahaya angkasa di mana dia mengumpulakan teleskop yang ternama, namun dia tinggal di dalam kegelapan dan tidak dapat menyelami cahaya yang benar. Astronom yang fasik, pengamat terang, secara menyimpang bertumpu pada kegelapan evolusi.
Langit menyatakan banyak hal mengenai dunia fisik bagi kita. Dengan mempelajari terang dari angkasa luar, kita telah menemukan komposisi bintang-bintang. Bagi para astronom, terang adalah pokok pengetahuan. Akan tetapi, ketika studi manusia akan terang tidak diatur oleh terang Firman Allah, dia tidak memiliki apa-apa, memercayai dengan tanpa pokok rohaniah. Jika hal itu bukan karena Allah menyebarkan terang-Nya di dalam hati kita, kita juga akan tetap di dalam kegelapan dan menjadi buta bagi-Nya. Karena anak-anak kita belajar dari penciptaan Penebus mereka, marilah kita mengingatkan mereka bahwa hanya “di dalam terang-Mu, kami melihat terang.”
Untuk bahan-bahan lain dalam bahasa Indonesia, klik di sini.