Menu Close

Gunung Batu Yang Dari Padanya Kamu Terpahat

Rev. Angus Stewart

(1)

Pada abad keenam sebelum masehi, Yerusalem dihancurkan oleh bangsa Babel. Baitnya, istananya, rumah-rumahnya, tembok-tembok kotanya—semua dijadikan reruntuhan oleh para penyerang yang kafir. Bersama dengan itu, hanya tersisa begitu sedikit umat Allah. Banyak yang dibunuh atau mati karena bencana kelaparan. Yang lain tersebar, tidak pernah kembali, dan banyak yang menjadi murtad.

Lebih sulit bagi kita untuk memahami duka mereka yang mendalam karena runtuhnya Yerusalem secara fisik, karena banyak dari kita tidak pernah mengalami kejadian seperti itu; kita mungkin bisa lebih merasakan kesulitan mereka karena begitu sedikitnya jumlah mereka.

Jadi, apa yang Yesaya lakukan, oleh inspirasi Roh Kudus, untuk memberi dorongan kepada sekawanan kecil umat Allah yang menderita? Apa yang ia ambil dari sejarah Alkitab sebelumnya? Pertama, ia kembali kepada kovenan Abraham dan narasi mengenai Abraham dan Sara di dalam Kejadian 11–25. Kedua, sang nabi menulis tentang Eden, taman firdaus milik Tuhan di dalam Kejadian 2–3.

Inilah yang kita baca di dalam Yesaya 51:1–3: “Dengarkanlah Aku, hai kamu yang mengejar apa yang benar, hai kamu yang mencari TUHAN! Pandanglah gunung batu yang dari padanya kamu terpahat, dan kepada lobang penggalian batu yang dari padanya kamu tergali. Pandanglah Abraham, bapa leluhurmu, dan Sara yang melahirkan kamu; ketika Abraham seorang diri, Aku memanggil dia, lalu Aku memberkati dan memperbanyak dia. Sebab TUHAN menghibur Sion, menghibur segala reruntuhannya; Ia membuat padang gurunnya seperti taman Eden dan padang belantaranya seperti taman TUHAN. Di situ terdapat kegirangan dan sukacita, nyanyian syukur dan lagu yang nyaring.”

Perkataan pembuka, “Dengarkanlah Aku, hai kamu yang mengejar apa yang benar” (ay. 1), bukan merujuk kepada orang-orang Israel yang mencari kebenaran melalui perbuatan dan mereka yang menegakkan kebenaran mereka sendiri. “Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu.

Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan” (Rm. 9:31–32; bdk. 10:3).

Alih-alih kepada kaum munafik yang merasa diri mereka benar, Allah di sini sedang berbicara kepada kaum saleh, mereka yang takut akan Tuhan dan menaati suara hamba-Nya, Sang Mesias (Yes. 50:10); mereka yang mengenal kebenaran, mereka yang memiliki Taurat Allah di dalam hati mereka (51:7).

Kebenaran kaum saleh ini adalah kebenaran dari pembenaran yang diimputasikan (45:24–25). Mereka juga benar dengan kebenaran pengudusan yang diinfusikan sehingga mereka menaati Firman Allah bukan untuk mendapatkan jasa, melainkan karena rasa syukur. Mereka “mengejar apa yang benar” (51:1) dengan mencarinya dengan tekun.

Marilah kita dengan sepenuh hati mengejar kebenaran di dalam jalan Allah dan “dengarkan” sang nabi di dalam News edisi berikutnya.


(2)

“Dengarkanlah Aku, hai kamu yang mengejar apa yang benar, hai kamu yang mencari TUHAN! Pandanglah gunung batu yang dari padanya kamu terpahat, dan kepada lobang penggalian batu yang dari padanya kamu tergali. Pandanglah Abraham, bapa leluhurmu, dan Sara yang melahirkan kamu; ketika Abraham seorang diri, Aku memanggil dia, lalu Aku memberkati dan memperbanyak dia. Sebab TUHAN menghibur Sion, menghibur segala reruntuhannya; Ia membuat padang gurunnya seperti taman Eden dan padang belantaranya seperti taman TUHAN. Di situ terdapat kegirangan dan sukacita, nyanyian syukur dan lagu yang nyaring” (Yes. 51:1–3). Inilah Firman Allah yang sedang kita pelajari di dalam News.

Orang-orang yang disebut di dalam Yesaya 51:1–3 digambarkan bukan hanya sebagai mereka yang “mengejar apa yang benar,” seperti yang telah kita lihat dalam edisi sebelumnya, tetapi juga sebagai mereka “mencari TUHAN” (ay. 1). Mereka mencari Tuhan secara eksklusif—bukan berhala-berhala! Mereka mencari Tuhan hanya dengan iman, yaitu iman kepada Sang Mesias. Mereka mencari Tuhan di dalam Firman-Nya, di dalam doa, dan di dalam gereja-Nya. Mereka mencari Tuhan untuk segenap keselamatan dan damai sejahtera mereka.

Inilah yang Tuhan katakan kepada kaum seperti itu: “Dengarkanlah Aku, hai kamu yang mengejar apa yang benar, hai kamu yang mencari TUHAN!” (ay. 1). Yehovah sebenarnya mengatakan, “Dengarkanlah Aku, karena hanya kalian sajalah orang-orang yang bersusah hati karena keruntuhan dan bertambah sedikitnya gereja, dan hanya kalian sajalah yang akan dihiburkan oleh apa yang Aku katakan di dalam Firman-Ku. Mereka yang tidak saleh, yang tidak beriman, tidak akan dihiburkan oleh janji-janji-Ku, tetapi kalian yang mencariku dan kemuliaan-Ku serta kebenaran-Ku akan dihiburkan.” Saudara-saudara yang terkasih, perkataan ini benar bukan hanya di zaman dulu ketika Yerusalem dihancurkan oleh bangsa Babel, tetapi juga benar bagi kita sekarang yang berduka karena lemahnya dan sedikitnya gereja sejati pada masa kita.

Yesaya mulai mencurahkan penghiburan dengan membawa mereka sebuah tempat. Dan dari semua tempat yang mungkin kita bayangkan, ia membawa mereka ke tempat penambangan batu: “Pandanglah gunung batu yang dari padanya kamu terpahat, dan kepada lobang penggalian batu yang dari padanya kamu tergali” (ay. 1)! Saya mengatakan “penambangan” karena ayat ini berbicara tentang “penggalian” atau lebih tempatnya lagi “lobang tempat penggalian” dari mana didapatkan “batu” yang “dipahat” keluar. Sebuah tempat“penggalian” yang berisi “batu” yang “terpahat” disebut penambangan.

Tetapi Anda mengerti bahwa ini bukanlah penambangan batu dalam pengertian harfiah dan fisik, karena teks kita berkata, “Pandanglah gunung batu yang dari padanya kamu terpahat, dan kepada lobang penggalian batu yang dari padanya kamu tergali” (ay. 1). Manusia bukan dipahat atau diukir dari batu yang digali dari tempat penambangan batu di sisi sebuah bukit.

Jadi, apa maksud dari gambaran ini? Asal-usul! Andaikan Anda melihat sebuah patung batu dari tokoh yang penting, atau tugu obelisk yang dibuat dari batu marmer halus. Dari mana bahan-bahan ini berasal? Apa asal-usul mereka? Sebongkah batu, baru dari lobang penggalian atau penambangan batu.

Frasa ini hampir menyerupai pepatah: “Pandanglah gunung batu yang dari padanya kamu terpahat, dan kepada lobang penggalian batu yang dari padanya kamu tergali” (ay. 1). “Lihatlah kembali ke tempat dari mana kamu berasal! Pikirkan asal-usulmu! Ini akan menolong kalian, hai umat-Ku,” kata Yang Mahakuasa.

Jadi, apakah asal-usul Israel? Di sini kita bukan sedang merujuk kepada permulaan mereka yang penuh dosa dan aib. Yehezkiel 16:3–5 mendeskripsikan hal itu dengan begitu gamblang: “Asalmu dan kelahiranmu ialah dari tanah Kanaan; ayahmu ialah orang Amori dan ibumu orang Heti. Kelahiranmu begini: Waktu engkau dilahirkan, pusatmu tidak dipotong dan engkau tidak dibasuh dengan air supaya bersih; juga dengan garampun engkau tidak digosok atau dibedungi dengan lampin. Tidak seorangpun merasa sayang kepadamu sehingga diperbuatnya hal-hal itu kepadamu dari rasa belas kasihan; malahan engkau dibuang ke ladang, oleh karena orang pandang enteng kepadamu pada hari lahirmu.”

Titus 3:3 adalah sebuah potret tentang diri kita sebelum pertobatan kita kepada Kristus: “Karena dahulu kita juga hidup dalam kejahilan: tidak taat, sesat, menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji, saling membenci.” Efesus 2 mendeskripsikan kita sebagai “mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa” (ay.1), mengikuti jalan dunia yang fasik dan Iblis (ay. 2), dan “hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran … yang jahat” (ay. 3).

Di sini juga bukan sedang berbicara tentang asal-usul Israel di dalam dekrit kekal Yehovah, yang dengannya Ia memilih Israel di dalam Yesus Kristus sebelum dunia dijadikan, dan mengasihi dan berbelas kasih kepadanya dalam anugerah-Nya yang berdaulat (Ul. 7:6–7; Mzm. 135:4–6).

Asal-usul Israel di sini adalah asal-usulnya di dalam sejarah (bukan di dalam dosa asalnya atau pemilihan kekalnya). Dari mana semua ini bermula? Dari penambangan batu apakah ia dipahat di dalam sejarah? Abraham dan Sara! “Pandanglah Abraham, bapa leluhurmu, dan Sara yang melahirkan kamu” (Yes. 51:2). “Oh umat-Ku yang menderita, kalian harus kembali ke Kitab Kejadian,” kata Tuhan, “kembali ke Kejadian 11–25, kembali kepada Kitab Kejadian bagi awal Israel di dalam bapa Abraham untuk menghibur kalian di tengah kesesakan kalian saat ini.”

Tetapi apakah hal terpenting yang dikatakan mengenai Abraham di sini? Ingat bahwa narasi tentang Abraham cukup panjang—ada 15 pasal. Narasi tersebut berisi banyak poin atau pelajaran.

Aspek krusial apakah yang membukakan Firman Allah di dalam Yesaya 51 ini? Apakah itu pembenaran: “Lalu percayalah [Abraham] kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran” (Kej. 15:6)? Kebenaran ini vital: vital bagi seluruh Injil dan vital bagi Reformasi. Rasul Paulus menjabarkan kebenaran ini dengan panjang lebar, khususnya di dalam Roma 4 dan Galatia 3. Akan tetapi, bukan ini ide kunci di sini.

Bagaimana dengan sunat? Sunat diberikan kepada Abraham dan keturunannya di dalam Kejadian 17, dijelaskan secara theologis di dalam Roma 4 dan Kolose 2, dan digantikan oleh baptisan di dalam era Perjanjian Baru (Pengakuan Iman Belanda 34). Tetapi kaitan antara Abraham dan sunat bukan ide di dalam Yesaya 51.

Teks kita bahkan tidak menekankan pada kesetiaan Abraham, sebagai teladan bagi kita, atau hidupnya yang merupakan peziarahan, meskipun ini penting (Ibr. 11:8–10, 13–16).

Bacalah Yesaya 51:2 dengan benar-benar teliti: “Pandanglah Abraham, bapa leluhurmu, dan Sara yang melahirkan kamu; ketika Abraham seorang diri, Aku memanggil dia, lalu Aku memberkati dan memperbanyak dia.” Ada satu frasa yang krusial di sini. Tahukah Anda frasa apa itu? Itu adalah frasa pendek “seorang diri.” (Dalam bahasa Inggris ini adalah satu kata pendekm yaitu “alone.”) Tetapi kita baru bisa menjelaskannya di dalam edisi News yang berikut.


(3)

Di dalam dua edisi terakhir dari News dan di dalam edisi ini dan edisi berikutnya, kita akan memperhatikan nubuat Yesaya, “Dengarkanlah Aku, hai kamu yang mengejar apa yang benar, hai kamu yang mencari TUHAN! Pandanglah gunung batu yang dari padanya kamu terpahat, dan kepada lobang penggalian batu yang dari padanya kamu tergali. Pandanglah Abraham, bapa leluhurmu, dan Sara yang melahirkan kamu; ketika Abraham seorang diri, Aku memanggil dia [saja], lalu Aku memberkati dan memperbanyak dia. Sebab TUHAN menghibur Sion, menghibur segala reruntuhannya; Ia membuat padang gurunnya seperti taman Eden dan padang belantaranya seperti taman TUHAN. Di situ terdapat kegirangan dan sukacita, nyanyian syukur dan lagu yang nyaring” (Yes. 51:1-3).

Di dalam News edisi bulan lalu, kita telah menyinggung kata “saja” di dalam Yesaya 51:2 (di dalam KJV): “Pandanglah Abraham, bapa leluhurmu, dan Sara yang melahirkan kamu; ketika Abraham seorang diri, Aku memanggil dia saja, lalu Aku memberkati dan memperbanyak dia.” Untuk memahami signifikansi dari kata “saja” yang pendek ini, mari kita perhatikan kehidupan Abraham sebagaimana tercatat di dalam Kejadian 11-25, dalam kaitannya dengan kovenan Allah dengan sang patriark dan keturunannya.

Abraham adalah penyembah berhala di Ur-Kasdim (Yos. 24:2). Ada banyak penyembah berhala di kota itu, tetapi Yesaya 51:2 menyatakan bahwa Allah “memanggil dia saja.” Mungkin ada yang bertanya, “Tetapi, bagaimana dengan Terah, ayah Abraham?” Abrahamlah yang pada prinsipnya dipilih (Kis. 7:2-3) dan ayahnya hanya mendampingi dia. Terah tidak pernah sampai ke tanah perjanjian, karena dia meninggal di Haran (Kej. 11:32). “Tetapi, bagaimana dengan Lot, keponakan Abraham?” Meskipun sampai di Kanaan, Lot meninggalkan Abraham (Krj. 13; 19).

Allah telah berjanji kepada Abraham bahwa Dia akan memperbanyak keturunan Abraham, sehingga mereka akan sebanyak bintang di langit dan pasir di pantai. Dari Abraham, Yehovah akan menjadikan sebuah bangsa yang besar dan kuat, dan semua kaum di bumi akan diberkati di dalam dia.

Hanya saja ada satu masalah! Abraham adalah seorang laki-laki yang sudah lanjut usianya—sudah terlalu tua untuk bisa memiliki anak-anak—dan Sara juga adalah seorang perempuan yang sudah lanjut usianya.

Tetapi, siapakah yang Allah panggil keluar dari Ur? Hanya satu laki-laki—bukan banyak laki-laki—dan itu pun ketika ia dan istrinya sudah melewati usia untuk bisa memiliki anak. Seperti Roma 4:19 nyatakan, “tubuhnya sudah sangat lemah” (menyangkut hal memiliki anak) dan ada pula hambatan “rahim Sara telah tertutup.”

Bagian selebihnya dari narasi tentang Abraham mengembangkan tema ini. Berkali-kali Allah mengulangi janji-Nya kepada Abraham tentang anak-anak yang begitu banyak sebagai keturunannya. Kita membaca tentang pengaturan Abraham, di dalam ketidakpercayaan dan dosa, dengan Hagar dan lahirnya Ismael, serta semua kesedihan yang diakibatkannya (Kej. 16). Akhirnya, Abraham dan Sara mendapatkan seorang anak laki-laki! Saat itu Sara sudah berusia 90 tahun dan Abraham 100 tahun. Mereka menamai putra mereka Ishak, yang berarti tertawa!

Namun kemudian Allah memerintahkan kepada Abraham untuk mempersembahkan Ishak sebagai korban, untuk menguji dan memurnikan iman laki-laki tua ini (Kej. 22). Di kemudian waktu, hamba Abraham pergi jauh untuk mendapatkan mempelai perempuan yang saleh untuk Ishak, agar ia tidak menikahi perempuan kafir dari Kanaan (Kej. 24).

Sekarang mari kita pikirkan narasi ini dan sejarah selanjutnya dalam kaitannya dengan jumlah. Abraham dan Sara pertama-tama diperkenalkan sebagai dua orang yang sudah lanjut usia. Setelah bertahun-tahun dan berbagai langkah yang salah, lahirlah sang putra pilihan, Ishak, yang tentangnya Allah telah berkata, “Yang berasal dari Ishak yang akan disebut keturunanmu” (Rm. 9:7; Kej. 21:12; Ibr. 11:18). Di kemudian waktu, Yakub yang terpilih dan dikasihi lahir bagi Ishak dan Ribka, bersama saudara kembarnya yang reprobat, Esau, yang Allah benci (Rm. 9:13). Yakub memiliki dua belas putra. Ketika mereka menikah dan mendapatkan anak-anak, keluarganya berjumlah tujuh puluh orang. Pada saat eksodus dari Mesir, Israel terdiri dari lebih dari dua juta orang. Di masa bertakhtanya Daud dan Salomo, keturunan Abraham bahkan sudah lebih banyak lagi jumlahnya.

Sekarang kita bisa memahami teks ini: “Pandanglah gunung batu yang dari padanya kamu terpahat, dan kepada lobang penggalian batu yang dari padanya kamu tergali” (Yes. 51:1). Artinya, pikirkanlah tentang asal-usulmu, pikirkanlah tentang asal-usulmu secara historis, di dalam Abraham dan Sara: “Pandanglah Abraham, bapa leluhurmu, dan Sara yang melahirkan kamu” (ay. 2).

Sekarang pikirkanlah tentang tiga kata kerja di dalam ayat 2: “Aku memanggil dia saja, lalu Aku memberkati dan memperbanyak dia.” Allah “memanggil” Abraham dengan panggilan yang efektual kepada keselamatan di dalam Yesus Kristus di tanah perjanjian. Yehovah “memberkati” dia dengan berkat-berkat kovenan seturut janji-janji kovenan-Nya. Yang Mahakuasa “memperbanyak” Abraham sehingga keturunan dari satu orang laki-laki ini bertumbuh menjadi tujuh puluh orang dan bahkan menjadi jutaan orang. Ini adalah keajaiban anugerah! Seluruh narasi yang diinspirasi ini secara berulang-ulang dan jelas menggarisbawahi kebenaran yang menakjubkan bahwa hanya Allah yang melakukan itu dan bukan manusia, karena hal tersebut mustahil bagi manusia.

Dengan demikian pesan kepada para pembaca Yesaya, yang patah hati karena abu yang mengepul dari Yerusalem, adalah bahwa Allah sebelumnya telah melipatgandakan umat-Nya dari awal yang sangat kecil. Ia bisa melakukannya lagi, dan Iaakan melakukannya lagi!

Orang-orang yang memercayai janji ini adalah anak-anak Abraham yang sejati (karena mereka mengikuti jejak bapa leluhur mereka) dan memiliki ciri-cirinya, karena Allah “dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini!” (Mat. 3:9). Demikian pula kita, orang-orang bukan-Yahudi yang percaya!

Inilah kaitan antara ayat 1 dan ayat 2 dari Yesaya 51: “Pandanglah gunung batu yang dari padanya kamu terpahat” (ay. 1), yaitu “Pandanglah Abraham, bapa leluhurmu,” (ay. 2). Ini tidak bertentangan dengan memandang kepada Allah yang hidup di dalam Yesus Kristus, seperti yang diperintahkan kepada kita untuk kita lakukan di dalam Yesaya 45:22: “Berpalinglah (atau: Pandanglah) kepada-Ku dan biarkanlah dirimu diselamatkan, hai ujung-ujung bumi! Sebab Akulah Allah dan tidak ada yang lain,” karena enam pasal kemudian kita diperintahkan untuk “Pandanglah Abraham, bapa leluhurmu” (51:2).

Panggilan untuk memandang kepada Abraham tidak berarti bahwa ia adalah objek iman kita, seakan-akan kita diselamatkan dengan memercayai patriark ini. Sebaliknya, kita memandang kepada Abraham untuk melihat apa yang telah Allah lakukan baginya di dalam Yesus Kristus. Ini adalah pelajaran yang terus berlaku bagi gereja, karena sebagaimana Abraham berawal dengan jumlah yang kecil, demikian pula Allah memberkati gereja-Nya dengan memperbanyak dia.

Di kesempatan yang akan datang, kita akan menyelesaikan studi kita atas Yesaya 51:1-3 dengan melihat lebih dekat lagi kepada janji yang indah di dalam ayat 3 dan bagaimana seluruh perikop ini digenapi.


(4)

Kita mengakhiri eksposisi kita atas Yesaya 51:1-3 dengan ayat ketiga: “Sebab TUHAN menghibur Sion, menghibur segala reruntuhannya; Ia membuat padang gurunnya seperti taman Eden dan padang belantaranya seperti taman TUHAN. Di situ terdapat kegirangan dan sukacita, nyanyian syukur dan lagu yang nyaring.” Di sini Allah berjanji untuk menghibur Sion yang hancur dengan menjadikannya seperti Taman Eden sehingga umat-Nya akan bersukacita.

Apakah Anda melihat metode kerja Roh di dalam teks kita? Permasalahan pertama adalah kurangnya jumlah di dalam gereja, maka Roh Kudus menunjuk kepada satu pribadi, Abraham, dengan memperhatikan bagaimana Yehovah memperbanyak keturunannya (ay. 1-2). Isu kedua adalah hancurnya Yerusalem, maka Allah mengingatkan kita akan satu tempat, Eden, dengan menjanjikan bahwa umat-Nya akan berdiam di dalam Firdaus (ay. 3).

Roh Kudus di dalam Yesaya 51:3 mengingatkan kita kepada perkataan yang Ia inspirasikan di dalam Kejadian 2, sebagai berikut: “Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur; disitulah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu. Lalu TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya…. Ada suatu sungai mengalir dari Eden untuk membasahi taman itu…. TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: ‘Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas …’” (ay. 8-9, 10, 15-16).

Dengan kata lain, teks kita menjanjikan bahwa “reruntuhan,” “padang gurun,” dan “padang belantara” Sion akan diubahkan menjadi Taman Eden yang baru, dengan kesuburan dan keteberkatan yang terbesar.

Jadi, apakah penggenapan dari Yesaya 51:1-3 ini? Tahap pertama dari penggenapannya adalah kembalinya para tawanan dari Babel. Jumlah umat Allah meningkat (ay. 1-2) tetapi tidak dalam jumlah yang sangat besar. Dalam kenyataannya, kelompok terbesar dari orang-orang yang kembali hanya berjumlah sekitar 50.000 orang (Ezra 2; Neh. 7). Yerusalam dibangun kembali dengan rumah-rumah, tembok-tembok kota, dan bait yang jauh lebih kecil daripada bait Salomo, tetapi keadaannya tidak seperti Eden (Yes. 51:3)!

Tahap kedua di dalam penggenapan teks kita adalah kedatangan Yesus Kristus yang pertama, penderitaan-penderitaan-Nya yang substitusioner di atas salib bagi kaum pilihan-Nya, dan pencurahan Roh Kudus. Mengenai jumlah (ay. 1-2), Juruselamat kita sekarang sedang mengumpulkan gereja-Nya yang am atau universal, yang terdiri dari berjuta-juta orang Yahudi maupun bukan-Yahudi. Umat Allah di dalam zaman Perjanjian Baru jauh lebih banyak daripada di dalam Perjanjian Lama, dengan semakin banyak orang yang dikumpulkan setiap hari di seluruh penjuru dunia. Tetapi bagaimana dengan tanah (ay 3)? Apakah dunia sudah menjadi seperti Eden yang baru? Belum!

Tahap ketiga dan terakhir di dalam penggenapan atas Yesaya 51:1-3 menantikan kedatangan Kristus yang kedua kalinya dengan mulia dan secara jasmaniah. Pada saat itu seluruh gereja yang am atau universal dari segala zaman yang terdiri dari berjuta-juta orang akan dikumpulkan kepada-Nya (ay. 1-2). Sedangkan mengenai tanah (ay. 3), seluruh umat Allah akan menikmati keteberkatan yang limpah dari hidup yang kekal di dalam langit yang baru dan bumi yang baru, yang akan jauh lebih baik daripada Eden—lebih menakjubkan dan tidak mungkin akan hilang!

Yesaya 51:3 dua kali berkata tentang “menghibur.” Ini adalah kata yang sering digunakan dan penuh berkat di dalam “paruh” kedua dari Yesaya (Yes. 40-66). Dalam kenyataannya, bagian kedua dari tulisan nabi injili ini diawali dengan dua kali penggunaan kata ini: “Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku, demikian firman Allahmu” (40:1). Penghiburan bagi gereja terdiri dari fakta bahwa “kesalahannya telah diampuni” (ay. 2). Yesaya kemudian memperkenalkan Yohanes Pembaptis, pembuka jalan bagi Tuhan: “Ada suara yang berseru-seru: ‘Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita! Setiap lembah harus ditutup, dan setiap gunung dan bukit diratakan; tanah yang berbukit-bukit harus menjadi tanah yang rata, dan tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran; maka kemuliaan TUHAN akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya bersama-sama; sungguh, TUHAN sendiri telah mengatakannya’” (ay. 3-5; bdk. Mat. 3:3; Mrk. 1:3; Luk. 3:4-6; Yoh. 1:23).

Yesus Kristus adalah “Tuhan” dan “Allah kita,” yang “jalan” atau “jalan raya”-Nya Yohanes persiapkan (Yes. 40:3). Juruselamat kita adalah “kemuliaan Tuhan” yang “dinyatakan” sehingga “seluruh umat manusia”—orang-orang di seluruh dunia—telah melihat-Nya dengan iman.

Pesan Yohanes juga mengandung satu perbandingan antara umat manusia yang akan berlalu dengan semaraknya dan kepermanenan Firman Allah yang akan tetap untuk selamanya: “Ada suara yang berkata: ‘Berserulah!’ Jawabku: ‘Apakah yang harus kuserukan?’ ‘Seluruh umat manusia adalah seperti rumput dan semua semaraknya seperti bunga di padang. Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, apabila TUHAN menghembusnya dengan nafas-Nya. Sesungguhnyalah bangsa itu seperti rumput. Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya’” (ay. 6-8).

Bukan hanya Yohanes Pembaptis, tetapi bahkan Sion pun mengumumkan, “Lihat, itu Allahmu!” (ay. 9). Allah yang empunya gereja ditinggikan sebagai gembala yang kuat dan lemah lembut: “Lihat, itu Tuhan ALLAH, Ia datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya Ia berkuasa. Lihat, mereka yang menjadi upah jerih payah-Nya ada bersama-sama Dia, dan mereka yang diperoleh-Nya berjalan di hadapan-Nya. Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati” (ay. 10-11).

Di dalam kerangka penghiburan ini, dan dengan membangun di atasnya, Yesaya 51:1-3 memberikan penghiburan tentang bertambah besarnya gereja dengan banyak orang yang ditambahkan dengan kepulangan tawanan dari Babel dan di seluruh zaman Perjanjian Baru sampai Tuhan kita datang kembali (ay. 1-2), karena Allah tidak menghendaki satu pun dari umat pilihan yang Ia kasihi itu binasa, melainkan agar mereka semua bertobat (2Ptr. 3:9). Selain itu, pengharapan kita yang memberi penghiburan bukanlah hanya berkat di sorga bersama Kristus setelah kematian, tetapi lebih khususnya lagi adalah ciptaan baru, firdaus yang sempurna yang jauh lebih agung daripada Eden (Yes. 51:3)!

Untuk bahan-bahan lain dalam bahasa Indonesia, klik di sini.

Show Buttons
Hide Buttons